Jelajahi Tanah Minang lewat Pertukaran Mahasiswa Merdeka

Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan keberagaman suku, budaya, bahasa, dan agama. Untuk memupuk rasa cinta tanah air dan toleransi di tengah keberagaman, mahasiswa sebagai calon pemimpin bangsa harus memiliki karakter kebinekaan yang kuat. Sesuai profil pelajar Pancasila, mahasiswa diharapkan memiliki karakter berkebinekaan global yang mampu mengenal dan mencintai budayanya, menghargai budaya lain, serta mampu berkomunikasi dan berinteraksi antarbudaya. Mereka juga diharapkan mampu melakukan refleksi terhadap pengalaman kebinekaan, sehingga dapat menyelaraskan perbedaan budaya untuk mewujudkan masyarakat inklusif, adil, dan berkelanjutan.

Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) hadir sebagai ruang untuk menumbuhkan karakter mahasiswa yang berkebinekaan global. Pada program Kampus Merdeka ini, mahasiswa akan melakukan mobilitas selama satu semester untuk mendapat pengalaman belajar di perguruan tinggi lain di Indonesia. Mahasiswa juga akan mengeksplorasi keragaman budaya yang ada di daerah setempat, berkolaborasi dengan mahasiswa dari daerah lain, sehingga akan memperkuat rasa persatuan dalam keberagaman.

Hingga tahun 2023, program Pertukaran Mahasiswa Merdeka telah melahirkan tiga angkatan. Di tiap pembukaan masing-masing angkatan, PMM tak luput dari antusiasme mahasiswa yang kian meningkat. Tercatat hingga angkatan ketiga, PMM telah diikuti oleh hampir 40 ribu mahasiswa yang tersebar di seluruh penjuru nusantara dan telah mengekslorasi keragaman Indonesia.

Selaras dengan tujuan program Pertukaran Mahasiswa Merdeka dalam membentuk generasi muda dengan karakter kebinekaan, pada program ini mahasiswa dibekali dengan mata  kuliah Modul Nusantara. Dalam Modul Nusantara, mahasiswa akan melakukan rangkaian kegiatan yang difokuskan untuk menciptakan pemahaman komprehensif tentang kebinekaan, inspirasi, refleksi, dan kontribusi. Modul Nusantara dirancang untuk meningkatkan ruang jumpa mahasiswa, menambah pemahaman dan pengendapan makna toleransi. Selain itu, untuk memperkenalkan kekayaan kebudayaan nusantara yang bersumber dari berbagai golongan, suku, ras, agama, dan kepercayaan.

Baca Juga :  Tanggapi Semeru, ITS Gagas Konsep Hunian Secara Hybrid

Alumni Pertukaran Mahasiswa Merdeka Angkatan 2, Risma menceritakan pengalamannya ketika mengikuti PMM di Universitas Andalas. Risma yang berasal dari Universitas Sebelas Maret ini mengaku sangat senang mengikuti PMM karena dapat belajar di kampus baru dan mendapat banyak pengalaman baru. Kegiatan Modul Nusantara yang dikemas secara menyenangkan juga menjadi salah satu alasan Risma bersyukur bisa tergabung di kegiatan ini.

Selama menjalani program PMM, Risma menjalankan empat kegiatan yang termuat dalam Modul Nusantara. Dalam kegiatan refleksi, Risma dan peserta lainnya mengikuti acara yang dikemas dalam kegiatan menonton dan membedah film Minang. “Selain itu, kami juga mengikuti kegiatan inspirasi. Pada kegiatan ini, kami berkesempatan untuk berdiskusi langsung dengan tokoh-tokoh besar di tanah Minang,” terang Risma.

Dalam kegiatan kebhinekaan, Risma menjelajahi tempat-tempat wisata seperti Museum Adityawarman, mencoba pakaian adat minang, bahkan belajar membuat masakan Padang di daerahnya langsung. Terakhir, ia pun tidak ketinggalan terlibat dalam kegiatan kontribusi sosial yang mendorong mahasiswa untuk mampu bersosialisasi dan memberikan manfaat bagi masyarakat luas.

Baca Juga :  ITS Ajak Guru Kembangkan Pembelajaran Lewat Industri 4.0

“Ada banyak kegiatan kontribusi sosial yang telah saya lakukan di Desa Pariangan, Tanah Datar, Sumatera Barat. Mulai dari kegiatan di bidang pertanian seperti sosialisasi tanaman hidroponik dan pupuk kompos, bidang UMKM seperti kegiatan pembuatan batik pariangan oleh komunitas batik di Pariangan, bidang pendidikan seperti mengajar siswa SD di wilayah setempat, sampai bidang administrasi yaitu memberikan pelatihan Microsoft Office untuk pegawai di kantor Nagari,” jelas Risma.

Program PMM telah memberikan pengalaman baru dan tak terlupakan bagi Risma. Pasalnya, dengan penempatan di luar klaster perguruan tinggi asal, dirinya dapat bertemu dengan lingkungan dan budaya yang baru.

“Selama PMM, saya bisa bertemu dengan teman-teman dari berbagai daerah yang berbeda serta bisa merasakan suasana baru dalam kegiatan perkuliahan. Selain itu, perbedaan bahasa daerah juga menambah kosa kata saya dalam bahasa Minang. Tidak hanya perbedaan bahasa dengan warga setempat tetapi juga perbedaan bahasa dan budaya dengan sesama mahasiswa PMM sehingga hal itu menjadi pengalaman tak terlupakan bagi saya,” tutur Risma.

Penulis:
Mustika Maharani – Mahasiswa Magang MSIB Ditjen Dikti, Batch 5

1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (1 votes, average: 1.00 out of 5)
Loading...
352 Views