close

Alumni USK Paparkan Potensi Biodiversitas Aceh di Rusia

Mahasiswa Biologi Universitas Syiah Kuala (USK), Mohammad Adzannie Bessania Raviq, memaparkan presentasi tentang Biodiversitas dan Konservasi di Aceh.

Presentasi ini dipaparkan pada acara III International Scientific and Practical Conference of Foreign Students of Preparatory Departments of Universities “Discovering the World of Science” yang diselenggarakan oleh Universitas Federal Kazan, Russia, Sabtu, 18 Mei 2024.

Dalam konferensi yang diadakan dalam bahasa Rusia itu, Adzannie mengatakan, selain kaya akan minyak dan gas alam, Aceh kaya akan biodiversitas dan sebagian besar merupakan flora dan fauna endemik. Hal ini tidak terlepas dari keberadaan kawasan ekosistem Leuser, yang menjadi kawasan hutan hujan tropis terbesar di Asia Tenggara dan dunia.

“Dengan memiliki luas hingga 2,6 juta hektar persegi, hutan Leuser di Aceh merupakan rumah bagi 380 spesies burung, 194 spesies reptil dan amfibi, 130 spesies mamalia, dan sekitar 10.000 spesies tumbuhan. Keberadaan Leuser juga dilindungi oleh UNESCO sejak tahun 2004 sebagai situs warisan dunia,” ungkapnya.

Berkaitan dengan spesies endemik, lanjut Adzannie, Leuser merupakan satu-satunya hutan hujan tropis di dunia yang memiliki empat spesies kunci dalam satu ekosistem, yaitu Orangutan Sumatera (Pongo abelii), Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), dan Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis). Spesies kunci spesies yang berdampak besar terhadap lingkungan hingga dapat mempengaruhi ekosistem.

Baca Juga :  Susun Peraturan Baru, PTN Akan Kelola PPID Sendiri

“Empat spesies ini hanya dapat ditemukan bersamaan di Aceh dan tidak ada di tempat lain,” sebut Adzannie.

Saat ini, Leuser dijadikan pusat penelitian. Di Aceh setidaknya terdapat tiga stasiun penelitian, yaitu Soraya, Ketambe, dan Suak Balimbing. Banyak peneliti asing yang datang ke Aceh untuk meneliti berbagai biodiversitas tropis di Leuser, seperti perilaku fauna, identifikasi flora dan potensinya sebagai tanaman obat, serta berbagai mikroorganisme yang sangat sedikit diketahui.

“Sebagai contoh, di Stasiun Suaq Balimbing, biasanya peneliti orangutan menghabiskan waktu paling sedikit satu tahun untuk meneliti perilaku orangutan disana. Saat itu, saya hanya menghabiskan waktu 10 hari di sana, bersama tim peneliti rayap Jurusan Biologi FMIPA USK,” bebernya.

Di hadapan para juri yang merupakan pakar di bidang sains, ia juga menjelaskan kerjasama antara Aceh dan Rusia. Pada bulan Mei 2023, Wali Nanggroe Aceh, Paduka Yang Mulia, Tgk Malik Mahmud Al Haytar telah menjajaki kerjasama di bidang ketahanan iklim dan energi.

Wali Nanggroe juga memaparkan tentang potensi Aceh sebagai salah satu sumber cadangan karbon terbesar di dunia pada forum Climate Resilience: Russia-OIC Countries Dialogue, Russia Islamic World Kazan Forum 2023, dan: Rusia-Indonesia: Prospects Economic Cooperation.

Baca Juga :  Mencegah penyebaran covid-19, Calon Mahasiswa Unsyiah Tak Perlu Hadir ke Kampus

“Aceh memiliki luasan tutupan hutan hingga 23% dari luas pulau Sumatera serta memiliki potensi karbon yang diperkirakan Emission Reduction (ER) mencapai tiga ton per hektar,” sambung Adzannie mengutip dari pernyataan Wali Nanggroe pada acara World Kazan Forum tahun 2023.

Oleh karena itu, ia mengajak Rusia untuk bekerja sama internasional dengan Aceh dalam konservasi lingkungan yang berkelanjutan, dengan berinvestasi pada proyek kesejahteraan, menciptakan teknologi baru yang memenuhi persyaratan lingkungan. Puncaknya, presentasi yang dipaparkan oleh Adzannie terpilih menjadi juara favorit pada kategori ilmu sains murni.

Saat ini Adzannie sedang menempuh pendidikan di Fakultas Persiapan Bahasa Rusia untuk Mahasiswa Internasional di Universitas Federal Kazan, kota Kazan, Republik Tatarstan, Russia. Pada tahun ini, alumni Jurusan Biologi USK ini akan melanjutkan pendidikan Magister Biologi di universitas yang sama.

Setiap tahunnya, pemerintah Rusia melalui Pusat Kebudayaan Rusia (PKR) di Jakarta, memberikan beasiswa biaya pendidikan khusus untuk mahasiswa Aceh yang ingin melanjutkan pendidikan di Rusia.

Program ini terbuka untuk pendidikan sarjana, magister, doktor, dan spesialis. Pemerintah Federasi Rusia juga mempersiapkan mahasiswa Aceh untuk belajar bahasa Rusia selama satu tahun di berbagai universitas di Rusia sebelum memasuki perkuliahan disana.