Wamen Stella: Kolaborasi Investasi Sumber Daya Manusia Jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi
Jakarta-Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek), Stella Christie mengungkapkan investasi terbesar yang harus dilakukan adalah di bidang sumber daya manusia (SDM) khususnya pendidikan tinggi, sains, dan teknologi, Kamis (13/3).
Hal tersebut menurut Wamen Stella dapat terwujud melalui program semacam Future Talent Hub (FTH) yang merupakan kolaborasi Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) dengan Pijar Foundation dan Temasek Foundation.
Program ini menawarkan pembelajaran daring dan kesempatan magang praktis untuk menjembatani kesenjangan antara dunia akademik dan industri. Selain itu, program ini juga diharapkan dapat menjadi model kolaborasi antara akademisi dan industri dalam mencetak talenta masa depan yang siap bersaing di era digital.
Hal ini sejalan dengan fokus utama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, yaitu penciptaan lapangan kerja di Indonesia, di mana ekosistem pendidikan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi. Kemdiktisaintek mendorong para pemangku kepentingan dan masyarakat untuk melakukan investasi di bidang SDM guna menciptakan lapangan kerja yang lebih luas dan berkualitas di berbagai sektor.
Wamendiktisaintek menjelaskan bahwa terdapat dua faktor utama yang harus diperkuat kampus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, yaitu research mindset serta specialized and adaptable workforce. Berdasarkan data World Intellectual Property Organization, Wamen Stella mengungkapkan Indonesia masih tertinggal dibandingkan Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Dalam hal human capital & research Indonesia berada di peringkat 91, business sophistication berada di peringkat 78, serta knowledge and technology output berada di peringkat 73.
“Kita harus belajar dari negara-negara tetangga yang menempatkan riset dan pengembangan teknologi sebagai prioritas utama dalam sistem pendidikannya,” ujar Wamen Stella.
Lebih lanjut, Wamendiktisaintek menyoroti pentingnya pendidikan vokasi dalam menghasilkan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan industri. Tanpa sistem pendidikan yang selaras dengan kebutuhan industri, lulusan perguruan tinggi akan terus menghadapi kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan.
“Jumlah pendidikan tinggi vokasi di Indonesia masih sangat rendah, hanya delapan persen. Padahal, di negara-negara maju seperti Jerman, Austria, dan Denmark, sistem apprenticeship atau pelatihan kerja di industri mencakup lebih dari 50 persen dari masa studi,” ucap Wamen Stella.
Selain itu, Wamendiktisaintek juga menekankan bahwa perkembangan Artificial Intelligence (AI) semakin canggih sehingga menuntut sistem pendidikan di Indonesia untuk beradaptasi. Wamen Stella menyebut tiga keterampilan utama yang harus dikuasai oleh tenaga kerja masa depan yaitu AI literacy, ability to make exceptions, dan human-focused skills.
“Kita harus membangun generasi yang mampu memahami AI, memiliki keterampilan berpikir kritis, serta mengembangkan kecerdasan emosional yang tidak dapat digantikan oleh teknologi,” pungkas Wamen Stella.
Humas
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi
#DiktisaintekSigapMelayani
#Pentingsaintek
#Kampusberdampak
#Kampustransformatif