close

Dosen IPB University Pertemukan Berbagai Pihak Bahas Sustainable Fisheries Hub

Dr Luky Adrianto, Dosen IPB University dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) menfasilitasi pertemuan para pihak dalam merancang sustainable fisheries hub. Menurutnya penting untuk membangun rumah pembelajaran keberlanjutan stok. Ide ini bagian dari elaborasi antara industri dan perguruan tinggi.

Dalam pertemuan yang digelar di Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) IPB University Bogor (29/5) ini, hadir Lany Danusaputro dari Intan Seafood, Farida (Intimas Surya), Dr Hawis Maduppa (APPRI dan IPB University), Hirmen Sofianto MSi (Marine Steward Council), Novi Saputro (Kelola Mina), Dr Mukhlis Kamal (Sekjen Asosiasi Demersal Indonesia dan IPB University), Dr Zairion (anggota Komnaskajiskan dan IPB University), Arif Rahmadita (Kelola Mina Group) dan Dr Yonvitner (Kepala PKSPL IPB University).

Menurut Dr Luky, Rumah Sustainable Fisheries harus dibangun by design dengan memastikan bahwa Indonesia dapat mengawal tata kelola data perikanan. Karena data perikanan adalah roh masa depan bagi pengelolaan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. “Selain itu, penting menjadikan ini sebagai bagian dari pusat riset dan ilmu pengetahuan. Sehingga harus dibangun secara sistematik,” ujar sosok yang pernah menjabat sebagai Dekan FPIK IPB University ini.

Dalam pertemuan ini, berbagai masukan disampaikan oleh peserta yang hadir. Novi Saputro dari PT Kelola Mina menyampaikan bahwa ke depan, sustainable fisheries harus diwadahi dalam sebuah ruang komunikasi dan konsolidasi perikanan. Asosiasi adalah bagian dari stakeholder yang akan berkontribusi dalam memberikan informasi tentang perikanan.  

Baca Juga :  Terbukti Membawa Dampak Positif, MBKM Mandiri Berjalan Luas di Sumut

“Setidaknya ada tiga spesies penting yang menjadi target sustainability. Yaitu tuna, kakap dan rajungan. Untuk itu konsep sustainability harus diterjemahkan pada setiap komoditas target agar daya saing produk perikanan menjadi baik. Untuk itu, ke depan dibutuhkan peran dari lembaga filantropi dan para pihak termasuk MSC (Marine Steward Council),” ujarnya.

Lenny Danusaputro, pengusaha ikan kakap ini menyampaikan yang paling sulit adalah mengawal traceability terutama pada kapal. Selain itu kaitannya dengan data observent yaitu keterbukaan informasi terkait status stok.  

Farida dari (PT Intimas Surya Jakarta) berbicara bahwa dalam perikanan tuna, penting menyiapkan rumah sustainability yang akan menjadi tempat mengadu dalam perikanan.   “Saat ini penangkapan tuna dengan handline dan purse seine sulit terkontrol. Dalam beberapa purse pancing dan jaring, sering double alat tangkap sehingga menjadi persoalan dalam proses sertifikasi,” ujarnya.

Sementara itu, Dr Hawis Maduppa, Dosen IPB University menyampaikan bahwa salah satu lesson learned yang sangat berharga adalah tropical model dan soal bycatch. Keduanya menjadi bagian penting bagi perikanan yang perlu diperhatikan.  “Sehingga penting Indonesia merancang model sendiri agar mampu menjadi kekuatan sains tropical,” tegas sosok yang saat ini menjabat sebagai Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan (ITK) IPB University ini.

Baca Juga :  Dosen ITS Jadi Penerima Habibie Prize Termuda dalam Sejarah

MSC yang diwakili Hirmen Sofianto menambahkan bahwa kita harus mampu mengawal konsep sustainability. “Ini bukan soal besar atau kecil, tapi terkait kegiatan yang tidak menyebabkan kerusakan ekosistem. Untuk itu partisipasi semua pihak menjadi kunci keberhasilan dari sertifikasi. Selain itu yang perlu diperhatikan adalah potensi pasar yang akan meminta produk bersertifikasi,” ujarnya.

Sekjen ADI Dr Mukhlis Kamal menyampaikan bahwa penting mengelaborasi dan mengkomunikasikan hal ini ke berbagai pihak. “Point penting yang jadi konsen bersama adalah data yang terkelola baik.  Berharap ini bisa menjadi big data yang mudah diakses bagi semua pihak,” imbuhnya.  

Dr Zairion menyampaikan dukungan bahwa sustainability stok menentukan sustainable market. Untuk itu informasi tersebut akan sangat menentukan bagi sustainability perikanan. “Sehingga menjadi penting untuk menyiapkan kerjasama antar pihak. Untuk itu kelengkapan data per lokasi dan per jenis menjadi catatan yang harus dirapikan sehingga mudah ditelusuri,” ujarnya. (**/Zul)