close

Keren! Dua Dosen ITK IPB University Masuk World Top 100 Agriculture & Forestry Scientists 2022

Prestasi kembali dicetak sivitas akademika IPB University.  Dua dosen IPB University dari Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan (ITK), baru-baru ini masuk dalam World Top 100 Agriculture & Forestry Scientists 2022 versi Alper-Doger Scientific Index. Dua dosen tersebut adalah Prof Dietriech G Bengen dan Dr Hawis Madduppa.  Perangkingan ilmuwan ini menilai produktivitas dan efektivitas kerja peneliti dalam lima tahun terakhir dilihat dari beberapa indikator, seperti h-index, i10 index, dan sitasi. 

Dilansir dari laman AD Scientific Indeks, tentang World Top 100 Agriculture & Forestry Scientists 2022, dalam lima tahun terakhir, Prof Dietriech Geoffrey Bengen memiliki h-index sebesar 23, i10-index sebesar 54 dan sitasi sebesar 2408. Sementara itu, Dr Hawis Madduppa memiliki h-index sebesar 18, i10-index sebesar 41 dan sitasi sebesar 1147. Perolehan nilai tersebut berhasil membuat Prof Dietriech dan Dr Hawis menduduki peringkat 13 dan 40 World Top 100 Agriculture & Forestry Scientists 2022.

Baca Juga :  Delapan Mahasiswa ISI Yogyakarta Lolos IISMA 2022

Prof Dietriech telah melakukan banyak riset dan publikasi bidang ekologi dan manajemen laut. Tidak hanya itu, Pemimpin Redaksi Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis itu juga aktif memberikan materi dalam webinar dan pelatihan baik nasional maupun internasional. Menurutnya, prestasi yang diperoleh ini menjadi salah satu bentuk nyata peran dosen dalam mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan melalui hasil riset.  “Semoga kelak hasil riset ini memberi tambahan wawasan bagi pihak-pihak yang membutuhkan,” ujar Prof Dietriech, Guru Besar Tetap Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University.

Sementara itu, Dr Hawis Madduppa, yang juga Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan IPB University, telah mempublikasikan banyak riset di bidang keanekaragaman hayati laut, biologi laut, genetika populasi, DNA Barcoding, dan DNA lingkungan. Tidak hanya itu, ia juga aktif dalam menulis buku dan mengedukasi melalui media sosial.

Baca Juga :  ITS Hadirkan Si Bunda, Aplikasi Kesehatan Pencegah Stunting

“Sayang sekali jika hasil riset tidak dipublikasi, selain memberi manfaat, ini juga menjadi wadah untuk mengevaluasi diri kita baik dalam segi penulisan, penyampaian, dan lingkup riset yang kita lakukan. Semoga melalui pemeringkatan ini, bisa menjadi evaluasi sehingga kita semakin produktif dalam menulis dan mempublikasi hasil riset,” tutup Dr Hawis. (ARS)