KESERUAN MENGAJAR KELAS ANTROPOLOGI OLAHRAGA MAHASISWA MBKM LINTAS PRODI DAN UNIVERSITAS

Apa yang terlintas di benak kalian ketika mendengar kata “Antropologi”?. Ilmu perbintangan? Ilmu manusia purba? Atau mungkin ini kali pertama kalian mendengar kata tersebut?. Ya, di dalam dunia Antropologi itulah saya terjebak, namun tidak dalam konotasi yang buruk. Saya adalah seorang dosen LB di Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Airlangga Surabaya, dan ini adalah tahun keempat saya mengajar di Universitas yang saya cintai. Antropologi merupakan cabang ilmu yang serakah, karena didalamnya kami mempelajari manusia dari berbagai aspek baik dari sosial dan kebudayaannya, hingga dari sisi fisik atau raganya.

Tahun 2022 ini menjadi tahun yang cukup melegakan karena kami memulai kembali PTM (Pembelajaran Tatap Muka), yang sempat terhenti selama hampir dua tahun lamanya akibat pandemi. Lalu yang membuat keadaan menjadi semakin menarik adalah, di semester Gasal 2022/2023 ini saya mendapat kesempatan untuk mengajar salah satu mata kuliah yang ditawarkan di Program MBKM, yakni mata kuliah Antropologi Olahraga. Benar saja, antusias mahasiswa yang mengikuti kelas Antropologi Olahraga dapat dibilang cukup tinggi, karena jumlahnya melebihi jumlah mahasiswa yang berasal dari Universitas Airlangga sendiri. Mahasiswa MBKM ini banyak berasal dari Perguruan Tinggi yang ada di luar Jawa, seperti Universitas Sumatera Utara, Universitas HKBP Nomennsen, Universitas Khairun Ternate, Universitas Negeri Makassar, dan masih banyak lagi. Selain berasal dari Universitas yang beragam, ternyata para mahasiswa ini juga berasal dari program studi yang di luar bayangan saya! Beberapa dari mereka ada yang datang dari jurusan Sastra Mandarin, bahkan ada juga yang berasal dari jurusan Ilmu Hukum. Ketika itu saya berpikir, “Wah adik-adik ini nekat banget!”.

Baca Juga :  ITS Ajarkan Bahasa Pemrograman Python Pada Khalayak Ramai

Sebelum memulai perkuliahan saya cukup berdebar, mengingat ini kali pertama saya mengajar mahasiswa di luar Antropologi, lebih lagi dengan mahasiswa hukum dan juga cabang ilmu lainnya. Tetapi untuk meng-counter perasaan berdebar itu, saya kembali berpikir ingin menyampaikan pesan dan tujuan utama dari mata kuliah yang saya ampu kepada mereka dengan baik. Tatap muka pertama kami masih dilangsungkan secara online via Zoom Meeting, dan saya mendapat kesan bahwa mereka antusias dan cukup memahami materi yang saya berikan. Benar saja, ketika tiba di minggu kedua tatap muka yang kami lakukan secara offline untuk pertama kalinya setelah pandemi, ada tambahan tiga mahasiswa MBKM yang mengambil kelas saya! Tentu saja hal ini membuat saya senang dan merasa semakin tertantang.

A screenshot of a computerDescription automatically generated with low confidence

Tatap Muka Online di Mata Kuliah Antropologi Olahraga (26 Agustus 2022)
Sumber: Dokumen Pribadi

Tatap muka kedua dan ketiga kami berlangsung begitu mengasyikkan. Saya juga memberikan tugas presentasi kelompok, yang wajib dikerjakan bersama mahasiswa antar Universitas. Hasilnya cukup memuaskan, karena hal tersebut tentu tidak mudah mengingat perbedaan daerah serta kebiasaan mereka ketika bekerja dalam kelompok, hingga ketika menyampaikan hasil diskusinya dalam bentuk presentasi. Saat itu pula saya turut mengamati gaya bahasa, gesture, serta kemampuan berargumentasi dari masing-masing mahasiswa yang berasal dari jurusan yang berbeda itu.

Potret Mahasiswa MBKM sedang Memaparkan Hasil Diskusinya (9 September 2022)
Sumber: Dokumen Pribadi

Walaupun mata kuliah ini hanya berlangsung selama 2 sks, antusias mahasiswa yang bertanya membuat saya tidak bisa menghentikan kelas tepat pada waktunya. Kelas kami dimulai pukul 10.30 WIB dan seharusnya selesai pukul 12.00 WIB, akan tetapi biasanya kami baru mengakhiri kelas pukul 13.00 WIB. Tentu saja dengan meminta persetujuan dari semua mahasiwa untuk kembali berdiskusi mengenai materi hari itu di kelas. Saat itu saya juga bertanya alasan mereka mengambil mata kuliah ini, dan jawaban yang diberikan pun cukup unik. Ada yang beralasan karena ingin berpetualang di kota Pahlawan, ada juga yang penasaran bagaimana mempelajari olahraga, tanpa harus melakukan aktifitas olahraga itu sendiri. Lalu ada juga yang mengambil mata kuliah ini karena sama sekali belum pernah mendengar tentang Antropologi Olahraga. Selain perkuliahan, saya juga sempat bertanya, “selama berada di Surabaya sudah pergi ke mana saja?”. Masing-masing mahasiswa MBKM tersebut tampak antusias ketika menceritakan pengalaman mereka selama berkuliah di Universitas Airlangga. 

Baca Juga :  Ryo, Satu-satunya Mahasiswa Teknik Asal Indonesia di AFMAM Plus Japan

Esok hari (16 September 2022) merupakan pertemuan saya yang keempat dengan para mahasiswa MBKM ini. Saya sangat bersyukur karena Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi membuat bermacam-macam program MBKM, salah satunya adalah kebebasan mahasiswa untuk memilih berkuliah di Universitas, jurusan, serta mata kuliah yang mereka inginkan. Karena dengan begitu setiap mahasiswa di Indonesia akan memiliki kesempatan yang sama untuk dapat bereksplorasi dan mendapatkan pengalaman belajar semaksimal mungkin, sesuai dengan passion serta ke-kepo-an mereka. Dari perspektif pengajar pun, saya mendapatkan pengalaman baru dan juga belajar untuk melakukan pendekatan yang berbeda dari biasanya, terutama pada mahasiswa yang bukan berasal dari rumpun Ilmu yang saya ajarkan. Semoga program semacam ini dapat terus dilangsungkan dan seluruh mahsiswa di Indonesia dapat merasakan manfaatnya. Terima kasih Kemendikbudristek! (RSP).