close

Teliti Daging Sintetis Antar Ocha Kuliah di Jerman

Jember – Daging sintetis, mungkin hal yang masih terdengar asing bagi kebanyakan orang, bahkan mengandung pro dan kontra. Keberadaan daging sintetis makin mengemuka saat multi jutawan Bill Gates menyerukan negara kaya mulai mempertimbangkan mengembangkan daging sintetis untuk menanggulangi pemanasan global. Namun siapa sangka berkat penelitian tentang daging sintetis, mengantarkan mahasiswa Program Studi Biologi FMIPA Universitas Jember Oryza Sativa Roshaney merasakan kuliah selama satu semester di Bio, Lebensmittel und Verfahrens Technologie (BLVT) Flensburg University of Applied Science, Jerman.

Saat ditemui di kampus, Ocha, panggilan akrab Oryza Sativa Roshaney yang baru pulang ke tanah air tanggal 2 Januari 2023 lalu menceritakan pengalaman selama kuliah di Jerman (13/1). “Kebetulan ada program International Credit Transfer dari Deutscher Akademischer Austauschdienst atau DAAD, yang memberikan kesempatan bagi mahasiswa jenjang sarjana mengikuti kuliah selama satu semester di perguruan tinggi di Jerman. Dan karena Universitas Jember sudah memiliki kerjasama dengan Flensburg University of Applied Science, maka saya diarahkan dosen mengikuti kuliah di sana,” ujar Ocha mengingat awal mula mengikuti proses di bulan Juli 2022 lalu.

Selain harus mempersiapkan syarat administrasi, gadis asal Malang ini wajib membuat esai yang memuat riset bidang bioteknologi apa yang akan dilakukan di Jerman. Akhirnya Ocha memilih riset mengenai daging sintetis. Selain belum banyak diteliti di Indonesia, ternyata riset mengenai daging sintetis juga ditawarkan dalam program International Credit Transfer. Dari seratusan pelamar dari Kampus Tegalboto, akhirnya Ocha berhasil lolos bersama rekannya Khilfa Yahya. Mereka bergabung dengan peserta lainnya dari seluruh dunia dan memulai kuliah di negara pemilik Bundesliga di tanggal 24 September 2022 lalu.

“Saya tertarik meneliti daging sintetis karena walaupun masih pro dan kontra namun punya potensi besar, semisal dalam bidang kesehatan. Kita bisa mencoba obat baru kepada daging sintetis sehingga meminimalkan percobaan kepada hewan atau manusia. Pengembangan daging sintetis juga diproyeksikan dapat mengurangi gas metana yang dihasilkan peternakan yang berkontribusi bagi kerusakan atmofser sehingga meningkatkan pemanasan global. Namun terus terang untuk pengembangan daging sintetis guna konsumsi masih jadi polemik, sebab dikhawatirkan akan mematikan usaha peternak. Belum lagi dengan perdebatan mengenai dampak mengkonsumsi daging sintetis berikut sisi etika dan pandangan agama,” jelas Ocha.

Baca Juga :  Mahasiswa FTEIC ITS Raih Beasiswa Belajar di IEEE AISS Australia

Selama mengikuti kuliah di BLVT Flensburg University of Applied Science, Ocha meneliti hormon pertumbuhan apa yang paling baik untuk pertumbuhan daging sintetis di bawah bimbingan Dr. Holger Rehmann. Secara sederhana, pembuatan daging sintetis dimulai dengan pengambilan sel dari hewan ternak untuk kemudian diberi hormon pertumbuhan dalam proses in vitro di laboratorium hingga kemudian menjadi daging seperti yang kita kenal.

“Alhamdulillah, selama kuliah di BLVT Flensburg University of Applied Science saya tidak mengalami kesulitan. Pasalnya kawan dan pengajar di sana sangat membantu, bahkan kami lebih banyak ikutan kuliah teori di kelas yang sebetulnya untuk jenjang Pascasarjana. Belum lagi dengan fasilitas laboratorium yang canggih membuat kita terpacu untuk terus meneliti,” tutur penyuka nonton film ini mengingat masa kuliahnya di kota Flensburg yang terletak di negara bagian Schleswig-Holstein Jerman, yang posisinya berbatasan dengan negara Denmark.

Memang Ocha sangat terkesan dengan suasana kota Flensburg yang menurutnya tak terlalu ramai jika dibandingkan seperti kota-kota besar di Jerman, sebut saja Berlin, Hamburg, Frankfurt atau Dortmund. Oleh karena itu Flensburg cocok sebagai lokasi untuk menuntut ilmu. Untuk menuju Flensburg dari Berlin dibutuhkan waktu 12 jam melalui perjalanan kereta api atau bus. Untungnya negara bagian Schleswig-Holstein menggratiskan perjalanan dengan transportasi umum bagi pelajar, mahasiswa dan warga tertentu di wilayahnya. Hanya saja jika menggunakan transportasi umum melintasi wilayah negara bagian lain maka perlu membayar.

Baca Juga :  Kembali ke Desa Cihideung Ilir, Mahasiswa IPB University Tanamkan Cita-Cita Anak Sejak Dini

“Selama di Flensburg saya dan Khilfa menempati apartemen di Bauer Lanstrasse. Untuk menghemat pengeluaran kami masak sendiri, kebetulan ada toko bahan makanan Asia. Semisal beras kemasan ukuran delapan kilogram dijual seharga sembilan Euro. Beruntungnya lagi, ternyata banyak warga di sini yang Muslim. Umumnya mereka berasal dari Turki atau Pakistan. Maka makanan halal bisa dicari dengan mudah. Di wilayah Bauer Lanstrasse ada masjid kecil juga, sayangnya hanya ramai di hari Jumat saja. Kami jadi makin kerasan karena tetangga depan pintu apartemen kami adalah keluarga asal Turki. Akhirnya kami jadi akrab, mungkin karena merasa sebagai sesama Muslim di perantauan, lumayan lho jika sang Ibu masak maka kami dapat bagian juga, maklum lah namanya juga anak kost hahaha,” tawa Ocha.

Kenangan asyiknya menjalani kuliah di BLVT Flensburg University of Applied Science mendorong Ocha meneruskan jenjang kuliah ke Jerman. Mimpi ini tinggal sedikit lagi dicapainya. Saat ini Ocha tengah menyiapkan risetnya untuk kemudian dikirimkan ke sebuah jurnal ilmiah di Jerman. “Insyaallah tanggal 15 Januari besok saya akan mengirimkan hasil riset saya yang juga diakui sebagai tugas akhir saya ke jurnal ilmiah di Flensburg University of Applied Science. Sambil mencari kesempatan pendanaan beasiswa, semoga bisa terwujud,” ungkap Ocha yang juga anggota Duta Kampus Universitas Jember. (iim)