close

Dosen SV-IPB University Berikan Pelatihan Pengembangan Produk dan Strategi Pemasaran Teh Krisan

Bisnis bunga krisan potong pada masa awal pandemi COVID-19 mengalami penurunan secara drastis. Penurunan ini disebabkan karena permintaan bunga krisan hampir nol.

Hal ini dipicu adanya perlakuan pembatasan berskala besar di setiap daerah dan dilarangnya kegiatan perayaan atau acara-acara yang pada umumnya menggunakan bunga krisan sebagai dekorasinya.

Penurunan permintaan ini berdampak pada petani krisan yang membuang begitu saja hasil panennya. Petani krisan juga mengalami kerugian besar.

Berdasarkan permasalahan tersebut, Dr Anita Ristianingrum, dosen IPB University dari Sekolah Vokasi, bersama timnya turut memberikan pelatihan bagi petani krisan di Kampung Kingkung, Pakuon, Sukaresmi, Cianjur. Dalam pelaksanaannya, Dr Anita dibantu oleh Leni Lidya dan Ai Imas Faidoh Fatimah.

Dr Anita Ristianingrum, menjelaskan Rachmat Purnama Farm dan kelompok tani binaannya selama ini telah melakukan pengolahan teh krisan dalam bentuk alami namun permintaannya masih sedikit. “Untuk meningkatkan permintaan, kami  memproduksi teh krisan dalam bentuk bunga yang dikeringkan. Dengan demikian, diharapkan dapat meningkatkan penjualan dengan kualitas yang unggul,” ujar Dr Anita.

Baca Juga :  Perguruan Tinggi Amerika Kembangkan Jejaring Kerja Sama dengan Perguruan Tinggi di Indonesia melalui IISMA

Dosen IPB University dari Sekolah Vokasi itu menyebut, upaya tersebut dilakukan dengan pengembangan produk sesuai dengan selera konsumen. Tidak hanya itu, pengembangan produk juga dilkakuan dengan menerapkan strategi pemasaran, yaitu STP (Segmentation, Targeting dan Positioning) dan 4P (Product, Price, Place dan Promotion).
Dr Anita Ristianingrum mengatakan bahwa strategi pemasaran  yang dapat dilakukan Rachmat Purnama Farm adalah produk harus memenuhi standar. Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk memenuhi standar antara lain pengolahan sesuai kemanan pangan dan mempertahankan manfaat/khasiat teh krisan bagi kesehatan dengan bentuk, rasa dan aroma yang sesuai dengan keinginan konsumen. Selain itu, desain dan warna kemasan harus menarik dengan ukuran yang sesuai.

Baca Juga :  Dirjen Dikti: Perguruan Tinggi menjadi Mata Air bagi Pembangunan Bangsa

“Merk dan logo juga harus menarik dan sesuai target pasar. Kemasan juga harus mencantumkan label  yang berisi komposisi, tanggal produksi dan expired, isi, serta nama perusahaan,” ujarnya.

Agar dapat dipercaya konsumen, lanjutnya, maka perlu mencantumkan ijin-ijin dan label halal. Dosen IPB University itu juga menyarankan supaya penetapan harga harus menutup biaya produksi, berdasarkan kualitas produk, target keuntungan serta memperhitungkan harga pesaing.

Dalam menentukan tempat distribusi (Place) harus mudah didapat konsumen, yaitu di minimarket, supermarket dan Marketplace/e-commerce sesuai dengan target pasar. “Promosi harus memberi informasi dan menarik agar konsumen bersedia membeli sesuai target konsumen. Promosi dapat dilakukan melalui website dan media sosial,” pungkasnya. (*/RA)