close

Profesor ITS Teliti Jamur Pelapuk Kayu untuk Limbah Industri

Prof Adi Setyo Purnomo SSi MSc PhD dari Departemen Kimia ITS saat membacakan orasi ilmiah untuk dikukuhkan sebagai Profesor ke-147 ITS pada 15 Maret 2022
Prof Adi Setyo Purnomo SSi MSc PhD dari Departemen Kimia ITS saat membacakan orasi ilmiah untuk dikukuhkan sebagai Profesor ke-147 ITS pada 15 Maret 2022

Kampus ITS, ITS News – Limbah industri yang masih belum ditangani dengan tepat dapat menimbulkan kerusakan lingkungan dan mengganggu kehidupan makhluk hidup lain. Beranjak dari hal tersebut, profesor dari Departemen KimiaFakultas Sains dan Analitika Data (FSAD) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Prof Adi Setyo Purnomo SSi MSc PhD berinovasi memanfaatkan jamur pelapuk kayu sebagai pendegradasi limbah industri.

Sebagai pendahuluan, Adi menyampaikan latar belakang pemanfaatan jamur sebagai biodegradasi limbah karena jamur memiliki banyak enzim yang dapat digunakan untuk menguraikan polutan-polutan. Pada umumnya, jamur pelapuk kayu dibagi menjadi dua jenis yaitu jamur pelapuk kayu putih dan jamur pelapuk kayu coklat. “Karena jarang diteliti, saya tertantang untuk meneliti jamur pelapuk kayu coklat,” paparnya.

Lebih lanjut, lelaki kelahiran Surabaya, 24 Juli 1980 ini menuturkan bahwa secara teori, jamur pelapuk kayu coklat mengandung senyawa radikal hidroksil yang mampu mendegradasi struktur kimia kompleks pada limbah polutan. Selain itu, Adi menemukan jamur pelapuk kayu coklat, khususnya spesies Fomitopsis pinicola, diketahui memiliki kemampuan degradasi limbah yang sangat tinggi.

Baca Juga :  Bupati Cianjur Terima Bantuan Kepedulian Covid-19
Prof Adi Setyo Purnomo SSi MSc PhD saat melakukan penelitian pada jamur pelapuk kayu coklat sebagai bahan untuk biodegradasi di laboratorium Departemen Kimia ITS
Prof Adi Setyo Purnomo SSi MSc PhD saat melakukan penelitian pada jamur pelapuk kayu coklat sebagai bahan untuk biodegradasi di laboratorium Departemen Kimia ITS

Adi mengungkapkan bahwa jamur memiliki kemampuan adaptasi lingkungan yang tinggi seperti yang mengandung toksisitas tinggi, pH rendah, dan nutrisi yang sedikit. Oleh karena itu, jamur dinilai sesuai untuk menjadi agen pendegradasi limbah-limbah kimiawi. “Tapi durasi proses biodegradasi ini memakan waktu yang lama yaitu dua minggu,” tandas suami dari Sri Fatmawati SSi MSc PhD ini.

Untuk mempercepat proses biodegradasi, Adi mengombinasikan jamur tersebut dengan bakteri yang memiliki kemampuan biodegradasi yang tinggi seperti Pseudomonas aeruginosa, Bacillus subtilis, dan Ralstonia pickettii. Selain itu, Adi juga membuat produk berupa super-adsorpsi yang mengandung jamur dan bakteri agen pendegradasi. “Saya membuat super-adsorpsi agar proses degradasi limbah menjadi lebih cepat,” ungkap ayah empat anak ini.

Dalam implementasinya, super-adsorpsi dengan bahan jamur dan bakteri ini diterapkan pada limbah tekstil dari industri batik. Pada prinsipnya, bahan super-adsorpsi akan dimasukan ke dalam reaktor pendegradasi yang berisi limbah tekstil dan bahan-bahan adsorben lain seperti arang aktif, mangan, dan zeolit. Kemudian, reaktor dibiarkan bekerja selama kurang lebih satu minggu.

Baca Juga :  Pembekalan Hari Terakhir Kampus Mengajar Angkatan 1 Tahun 2021: Rapat Koordinasi Dosen Pembimbing Lapangan
Ilustrasi kultur campuran jamur dan bakteri sebagai bahan dasar pembuatan super-adsorpsi untuk biodegradasi limbah industri
Ilustrasi kultur campuran jamur dan bakteri sebagai bahan dasar pembuatan super-adsorpsi untuk biodegradasi limbah industri

Meski begitu, lanjutnya, super-adsorpsi tersebut belum memiliki tingkat efisiensi yang tinggi. Adi menuturkan bahwa efisiensi yang rendah ini disebabkan oleh produksi super-adsorpsi yang sulit, sehingga limbah yang telah dimasukan ke dalam reaktor masih dalam kondisi yang pekat. “Kesulitannya karena ini berisi jamur dan bakteri sehingga proses pembuatannya masih satu persatu dan dalam kondisi steril,” terang profesor ke-147 ITS yang baru dikukuhkan pada 15 Maret lalu.

Untuk penelitian ke depannya, Adi menyampaikan bahwa akan tetap terus mengembangkan proses degradasi limbah industri seperti degradasi limbah plastik dengan memanfaatkan berbagai potensi di alam. “Harapannya juga, melalui penelitian-penelitian tersebut dapat diimplementasikan dalam kehidupan nyata dengan sempurna,” tutupnya penuh harap. (HUMAS ITS)