close

Program Kampus Merdeka, Mahasiswa Unpad Tambah Pengalaman Jadi Relawan Vaksinasi

Universitas Padjadjaran menggelar program vaksinasi bagi mahasiswa, keluarga dosen dan tenaga kependidikan, serta masyarakat umum sejak 24 Juli lalu. Relawan vaksinasi yang bertugas tidak hanya dari kalangan dosen maupun tenaga kesehatan, tetapi juga mahasiswa dari berbagai fakultas di lingkungan Unpad.

Tasya Alya Firdaus, misalnya. Mahasiswa semester 7 Fakultas Farmasi Unpad ini sudah 6 kali menjadi relawan vaksinasi Unpad. Keikutsertaan Tasya sebagai relawan vaksinasi merupakan implementasi dari program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka Kemendikbudristek RI untuk bidang vaksinasi.

Tasya Alya Firdaus. (Foto: Dadan Triawan)*

Saat proses vaksinasi, Tasya membantu sebagai asisten vaksinator. Selain itu, ia juga pernah membantu untuk proses manajemen penyimpanan vaksin, hingga pernah juga membantu di meja observasi atau memasukkan data peserta ke dalam aplikasi Pcare.

Selama menjadi relawan, Tasya mengaku mendapatkan banyak pengalaman yang berkesan. Apalagi, keikutsertaannya pada program Kampus Merdeka juga sudah terintegrasi dengan kegiatan perkuliahan.

“Biasanya setahun praktikum daring, tapi dengan jadi relawan sudah dianggap praktikum juga, bisa langsung terjun ke lapangan dan berinteraksi dengan masyarakat. Seru, hectic tapi senang,” kata Tasya.

Tidak hanya Tasya, pengalaman berkesan juga dialami Meivie Tivalli. Mahasiswa semester 7 Program Studi Biologi Fakultas MIPA ini merasa senang menjadi relawan dan membantu proses vaksinasi di Unpad. “Banyak manfaatnya dan menjadi pengalaman juga bagi saya,” kata Meivie.

Baca Juga :  Wujudkan Kampus Merdeka, Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB Jalin Kerja Sama dengan PT Bio Farma
Meivie Tivalli. (Foto: Dadan Triawan)*

Meivie sudah 5 kali ikut menjadi relawan pada kegiatan vaksinasi Unpad. Bersama mahasiswa Biologi lainnya, Meive menempati posisi gatur di bagian depan. Ia bertugas mengatur alur relawan yang akan masuk ke dalam ruang vaksinasi.

Sekalipun bukan berasal dari fakultas rumpun kesehatan, Meivie mengaku banyak mendapat pengalaman di dunia yang baru ia masuki. “Ini pengalaman baru bagi saya, sebelumnya saya banyak melakukan pengabdian di bidang pendidikan,” tuturnya.

Koordinator vaksinasi Satgas Covid-19 Unpad Insi Farisa Desy Arya, dr., M.Si., mengatakan, sebanyak 125-146 relawan mahasiswa ikut serta dalam pelaksanaan vaksinasi di Unpad. Mahasiswa tersebut merupakan peserta program Kampus Merdeka maupun relawan di luar Kampus Merdeka yang secara khusus ikut mengatur jalannya proses vaksinasi.

Mahasiswa tersebut dari seluruh fakultas, bukan hanya kesehatan. Pada pelaksanaannya, setiap relawan tergabung dalam satu kelompok Kampus Merdeka. Satu kelompok akan memiliki satu dosen pembimbing.

Melalui program Kampus Merdeka, keikutsertaan sebagai relawan akan terintegrasi ke pendidikan. Program ini setara dengan mengikuti perkuliahan 3 SKS yang disesuaikan dengan kebijakan prodi masing-masing.

“Mereka bisa dikonversi dengan KKN ataupun elektif,” sambungnya.

Lebih lanjut Insi memaparkan, untuk bisa dianggap mengikuti perkuliahan 3 SKS, mahasiswa diwajibkan untuk menjadi relawan setidaknya 8-10 kegiatan vaksinasi massal maupun reguler di Unpad. Selain vaksinasi massal, Unpad sendiri membuka pelayanan vaksinasi reguler yang digelar di Klinik Kesehatan Unpad, baik di Dipati Ukur maupun di Jatinangor.

Baca Juga :  Undana – Unhan RI Jalin Kerja Sama, Dua Fakultas Lakukan PKS

Wahana Baik

Keikutsertaan mahasiswa sebagai relawan bertujuan untuk mendapatkan ilmu dan pengalaman secara langsung. Selain itu, para dosen yang bertindak sebagai pembimbing juga bisa mengonversikan kegiatan ini sebagai realisasi pengabdian kepada masyarakat.

Insi menjelaskan, ada sejumlah capaian yang akan diperoleh mahasiswa.Capaian pertama, mahasiswa akan didorong untuk bekerja sama. Keikutsertaan mahasiswa dari berbagai fakultas mendorong mereka untuk belajar membangun kerja tim yang baik. “Koordinasi dan kedisiplinan harus dibangun,” imbuh Insi.

Selanjutnya capaian kedua, mahasiswa belajar bagaimana melayani dan memiliki jiwa melayani orang. Hal ini membutuhkan komunikasi yang baik agar peserta akan mendapat pelayanan berkesan. Hal ini juga termasuk bagaimana cara menolak yang baik apabila ada masyarakat yang ingin divaksin tetapi tidak melakukan pendaftaran daring terlebih dahulu.

“Ini kesempatan yang baik yang bisa dicapai di era pandemi. Lewat daring, pembelajaran seperti ini agak susah, human touch-nya kurang,” kata Insi.*