Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi sesuai tugas dan fungsinya dalam Peraturan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Nomor 1 Tahun 2024, antara lain:
A. TUGAS
Kementerian mempunyai tugas menyelenggarakan suburusan pemerintahan pendidikan tinggi yang merupakan lingkup urusan pemerintahan di bidang pendidikan dan urusan pemerintahan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara.
B. FUNGSI
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi berkomitmen untuk terus berinovasi, memperluas akses dan relevansi pendidikan tinggi, dan memperkuat pemanfaatan dan penguasaan sains serta teknologi untuk meningkatkan kualitas taraf hidup masyarakat Indonesia.
Sesuai dengan Permendikbud nomor 45 tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dijabarkan sebagai berikut:
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pendidikan tinggi akademik.
Prof. Brian Yuliarto, Ph.D., adalah seorang akademisi, peneliti, dan pemimpin pendidikan tinggi yang kini menjabat sebagai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi sejak 19 Februari 2025. Dengan pengalaman luas di bidang riset, inovasi, dan manajemen institusi pendidikan tinggi, beliau memiliki visi untuk memperkuat daya saing perguruan tinggi Indonesia, meningkatkan ekosistem penelitian, serta mendorong hilirisasi teknologi berbasis inovasi.
Lahir di Jakarta pada 27 Juli 1975, Prof. Brian menempuh pendidikan tinggi di Institut Teknologi Bandung (S.T. Teknik Fisika, 1999) dan melanjutkan studi di The University of Tokyo, Jepang, dengan meraih gelar M.Eng. (2002) serta Ph.D. (2005) dalam bidang Quantum Engineering and Systems Science. Kepakarannya dalam nanomaterial untuk aplikasi biosensor, energi, dan solar PV telah menjadikannya salah satu ilmuwan terkemuka di Indonesia.
Sebelum menjabat sebagai Menteri, Prof. Brian memiliki rekam jejak panjang dalam manajemen pendidikan tinggi. Beliau dipercaya sebagai Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi di Institut Teknologi Bandung (2025), di mana ia berperan dalam penguatan strategi riset dan kolaborasi internasional. Sebelumnya, ia juga menjabat sebagai Dekan Fakultas Teknologi Industri ITB (2020-2025), mengawal berbagai program akademik dan pengembangan kurikulum berbasis industri 4.0.
Selain itu, Prof. Brian pernah menjadi Kepala Pusat Penelitian Nanosains dan Nanoteknologi ITB (2018-2020), di mana ia mendorong berbagai penelitian unggulan yang berdampak luas. Dalam peran ini, ia berhasil membangun sinergi antara akademisi, sektor swasta, dan pemerintah untuk mempercepat hilirisasi inovasi teknologi.
Secara karier personal, kolaborasi riset internasional juga telah dibangunnya dengan kuat dengan menjadi Visiting Professor di berbagai institusi ternama seperti University of Tsukuba, UC Berkeley, Queensland University, Nagoya University, dan KAUST.
Sebagai seorang peneliti, Prof. Brian telah menerbitkan lebih dari 343 makalah ilmiah yang terindeks Scopus dengan lebih dari 6043 sitasi dan H-index 40. Prestasinya diakui secara internasional melalui berbagai penghargaan bergengsi. Salah satu pencapaian paling prestisius adalah Habibie Prize 2024 dalam bidang rekayasa, sebuah penghargaan yang dikenal sebagai simbol pencapaian tertinggi bagi ilmuwan dan insinyur di Indonesia. Selain itu, Prof. Brian juga dinobatkan sebagai Top 1 Researcher Nanoscience & Nanotechnology Indonesia.
Pengakuan lain datang dari ITB yang menobatkannya sebagai Dosen Berprestasi Bidang Sains dan Teknologi pada tahun 2017 dan Peneliti Terbaik ITB 2021. Lebih jauh, ia juga tercatat dalam daftar The World’s Top 2% Scientist oleh Stanford University selama tiga tahun berturut-turut (2022, 2023, 2024), menegaskan reputasinya sebagai salah satu ilmuwan paling berpengaruh di dunia.
Prof. Dr. rer. nat. Abdul Haris, M.Sc lahir pada tanggal 21 September 1970 di Pemalang, Jawa Tengah. Abdul Haris merupakan Guru Besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) di Universitas Indonesia (UI). Latar belakang pendidikannya diawali dari pendidikan sarjana dan magister yang ditempuhnya di Jurusan Fisika FMIPA UI. Ia kemudian melanjutkan pendidikan doktor pada bidang Geofisika di Kiel University, Jerman.
Sebagai seorang akademisi, Abdul Haris memiliki riwayat karier yang cukup gemilang di perguruan tinggi. Pada tahun 2008–2013, ia pernah menjabat sebagai Sekretaris FMIPA UI. Selanjutnya pada tahun 2014–2018, menjabat sebagai Dekan FMIPA UI. Ia melanjutkan jabatan sebagai Dekan FMIPA UI pada tahun 2018–2019 untuk periode kedua hingga akhirnya terpilih menjadi Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi Universitas Indonesia pada tahun 2019–2020. Terakhir, pada tahun 2020–2024 ia menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Indonesia sebelum akhirnya dilantik sebagai Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi pada 15 Maret 2024.
Selain itu, di luar kampus, Abdul Haris juga aktif tergabung dan menjabat sebagai Vice President Himpunan Ahli Geofisika Indonesia. Pada tahun 2019, ia juga menjadi Ketua dan Pendiri Lembaga Akreditasi Mandiri Sains Alam dan Ilmu Formal (LAMSAMA).
Beberapa prestasi dan penghargaan yang pernah diraih antara lain Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya X, Honorable Mention Asia Pacific Region Imperial Barrel Award 2017, Penghargaan Prestasi Kerja Luar Biasa dari Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, serta penghargaan sebagai Peneliti Terbaik di Indonesia versi SINTA.
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemdiktisaintek
Lihat ProfilDirektur Jenderal Riset dan Pengembangan Kemdiktisaintek
Lihat ProfilDirektur Jenderal Sains dan Teknologi Kemdiktisaintek
Lihat Profil