close

Mahasiswa ITS Manfaatkan Sekam Padi untuk Kendalikan Pencemaran Sungai

Proses pengambilan sampel air sungai Kalimas oleh Muhammad Habib Tanwirul Ulum bersama anggota timnya

Kampus ITS, ITS News – Penurunan kualitas air sungai yang tercemar oleh logam kromium (VI) dapat membahayakan lingkungan sekitar. Hal ini melatarbelakangi sekelompok mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) untuk menggagas ide pemanfaatan sekam padi sebagai upaya pengendalian pencemaran air di sungai Kalimas.

Muhammad Habib Tanwirul Ulum selaku ketua tim menyatakan bahwa sungai Kalimas memiliki kandungan kromium (VI) yang melebihi batas ambang maksimum. Padahal menurut mahasiswa yang biasa disapa Habib ini, kadar maksimum kandungan kromium (VI) di dalam air yang diperbolehkan sesuai aturan pemerintah adalah 0,05 miligram per liter. “Logam kromium (VI) sangat berbahaya apabila masuk ke tubuh karena dapat menyebabkan kanker,” tutur pemuda kelahiran 21 Agustus 2004 ini.

Hal itulah yang akhirnya mendorong Habib dan tim melakukan penelitian terkait penjernihan air sungai Kalimas. Sungai Kalimas ini pun dipilih karena merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat sekitar sekaligus termasuk salah satu ikon Kota Surabaya. Setelah melakukan studi literatur terhadap penelitian terdahulu, tim ITS tersebut memutuskan menggunakan sekam padi yang dikeringkan lalu dicampur dengan asam klorida dan natrium hidroksida untuk menjernihkan air.

Baca Juga :  Strategi Komunikasi Publik yang Efektif untuk Tingkatkan Pemahaman Masyarakat Terkait Covid-19

Mahasiswa Departemen Teknik Kimia ini menuturkan bahwa sekam padi dipilih karena memiliki kandungan selulosa yang tinggi, yakni sebesar 35 persen. Kandungan ini, menurutnya, diperlukan untuk mengadsorpsi kromium (VI) agar tidak beracun. “Untuk dapat mengikat logam kromium (VI), sekam padi harus diaktivasi dulu,” paparnya.

Muhammad Habib Tanwirul Ulum (berjaket almamater ITS) dan tim menunjukkan sampel air sungai Kalimas yang diambilnya

Ia menjelaskan, proses aktivasi bertujuan untuk menghilangkan senyawa lignin pada sekam padi yang menghambat proses absorpsi. Sebab, imbuh Habib, senyawa lignin memiliki struktur yang berukuran besar sehingga dapat menutupi selulosa dan mengganggu proses reaksi.

Menurut Habib, penelitian terdahulu dengan menggunakan sekam padi yang diarangkan dirasa kurang efektif. Pasalnya, kandungan selulosa pada sekam padi dapat ikut hilang karena adanya proses pembakaran. Oleh karena itu, Habib dan tim menggunakan cara lain untuk mengaktivasi kandungan selulosa tanpa mengubah komposisinya.

Bersama empat anggota tim lain yaitu Andhika Fathurrohman, Anugerah Pratama Manurung, Brilliana Ayu Putri Herlisya, dan Pasca Purwaning Dyah Ayu, tim ini meneliti beberapa titik aliran sungai Kalimas. Sampel yang diambil pada aliran sungai di daerah Ngagel, Keputran, Ketabang, dan Bubutan ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh logam kromium (VI) mencemari aliran sungai Kalimas.

Baca Juga :  Cegah Abrasi dan Tingkatkan Potensi Desa Wisata daerah Pesesir Pantai Selatan, FKM UNEJ Gandeng Pemuda dan Nelayan Tanam Pohon Mangrove

Pengumuman pemenang karya terbaik oleh Muhammad Habib Tanwirul Ulum dan tim dalam ajang kompetisi Bio Energy 2022Lebih lanjut, alumnus MAN 2 Lamongan ini mengatakan bahwa penelitiannya masih belum bisa diimplementasikan dalam skala besar. Namun, ia berharap agar hal ini dapat terus dikembangkan. “Masyarakat tidak perlu menggunakan bahan kimia untuk mengangkat kandungan kromium (VI) dalam air karena terdapat sekam padi yang alami dan mudah didapatkan,” ungkapnya.

Inovasi yang dilakukan oleh Habib dan tim ini telah berhasil meraih penghargaan karya terbaik dalam ajang Energy Competition yang diadakan oleh Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur pada awal Oktober lalu. “Sebagai mahasiswa, kami ingin memberikan kontribusi terhadap lingkungan dengan melakukan inovasi yang bermanfaat bagi banyak orang,” tandasnya. (HUMAS ITS)

Reporter: ION30