Kisah Inspiratif Peserta Program PMM di Papua: Mematahkan Stigma dan Menemukan Keluarga Baru

Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) setiap tahunnya memfasilitasi puluhan ribu mahasiswa Indonesia untuk mengikuti studi selama satu semester di perguruan tinggi di klaster pulau yang berbeda. Selain berkesempatan untuk memperkaya khazanah pengetahuan dan wawasan budaya melalui perkuliahan dan kegiatan yang dirancang secara khusus oleh Perguruan Tinggi Penerima, melalui program ini mahasiswa juga dapat  berinteraksi dengan masyarakat setempat dan merasakan hidup di lingkungan baru yang akan meninggalkan kesan mendalam bagi para mahasiswa.

Beragam cerita unik dan penuh makna terukir lewat pengalaman singkat ini,membawa para mahasiswa untuk melihat Indonesia dari sudut pandang yang berbeda, memahami makna kebinekaan melampaui apa yang mereka pelajari melalui narasi-narasi normatif, dan menghidupkan semangat untuk berbuat lebih bagi masyarakat.

Hal ini dirasakan mahasiswa yang mengikuti Program PMM di Kota Sorong. Momen awal mereka menginjakkan kaki di tanah Papua meninggalkan kesan yang begitu mendalam. Penyambutan yang hangat dari Perguruan Tinggi Penerima, keramahan warga setempat, dan keindahan kota Sorong dengan segala keunikannya membuat mereka tidak berhenti merasa kagum, sekaligus menyadari bahwa Papua jauh lebih menakjubkan dari apa yang ada di benak mereka.

“Banyak yang mengatakan bahwa Papua masih tertinggal, banyak kerusuhan, dan orang-orangnya menyeramkan. Tetapi saya membuktikan sendiri bahwa omongan tersebut tidak benar. Orang Papua sangat ramah dan baik hati, kami selalu disapa ketika bertemu di jalan meskipun kita tidak saling mengenal,” tutur Kahfi, mahasiswa asal Universitas Malikul Saleh yang tengah mengikuti Program PMM di Universitas Pendidikan Muhammadiyah (UNIMUDA) Sorong.

Baca Juga :  Program Magang dan Studi Independen Bersertifikat Kampus Merdeka, Solusi bagi Perguruan Tinggi dan Perusahaan

Sejumlah mahasiswa lainnya yang mengikuti Program PMM di UNIMUDA juga menuturkan betapa mereka merasa beruntung bisa merasakan menjadi bagian dari masyarakat Papua dengan segala keunikannya. Kesempatan untuk mempelajari sejarah, budaya, dan nilai-nilai masyarakat Papua menghadirkan pengalaman dan pengetahuan bermakna yang tidak bisa mereka peroleh dari buku atau media-media lainnya.

“Selama ini kita tahu tentang kebudayaan Papua hanya dari buku, tapi sekarang kita bisa melihat langsung. Saya ingin bilang ke teman-teman saya bahwa Papua sangat menyenangkan dan mengajak mereka untuk merasakan langsung seperti apa Papua itu,” ucap Arfan, mahasiswa Universitas Pamulang.

Hidup sebagai perantau di suatu daerah yang asing memang tidak mudah dan ada tantangan. Tidak sedikit mahasiswa yang memerlukan waktu lebih lama untuk beradaptasi dengan cuaca, makanan, dialek, atau tuntutan untuk mengatur waktu dan kebutuhan pribadi mereka, terutama bagi mereka yang tidak terbiasa hidup jauh dari keluarga. Namun semua pengalaman ini nyatanya menjadi bagian dari pembelajaran yang penuh makna, membawa mereka untuk akhirnya menemukan sahabat dan keluarga baru yang jauh dari kampung halaman mereka.

“Saya selalu merasa takjub dengan kebaikan teman-teman di sini. Ada yang rela datang ke mes malam-malam membawakan makanan hanya karena dia tahu saya belum sempat makan malam. Hal-hal seperti ini membuat saya sangat tersentuh, dan menjadi pengalaman yang akan selalu saya ingat,” kata Esther, mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang mengikuti Program PMM di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Papua Sorong.

Baca Juga :  Ditjen Diktiristek Suguhkan Informasi terkait Inovasi dan Transformasi Pendidikan Tinggi di IIETE 2024

Tidak berhenti pada rasa kagum dan haru, keramahan dan kepedulian yang mereka terima dari warga setempat ternyata juga menggerakkan para mahasiswa untuk mau ikut berbagi dan meneruskan kebaikan tersebut dengan berbagai cara. Seperti yang dilakukan Roro, mahasiswa Universitas Padjadjaran yang ikut terlibat dalam sebuah komunitas lokal yang bergerak untuk memajukan pendidikan di Papua. Di sela waktunya mengikuti perkuliahan dan kegiatan PMM, mahasiswa penerima beasiswa KIP-K ini ikut mengajar anak-anak Papua, yang sebagian di antaranya tidak menikmati pendidikan di sekolah formal.

“Saya merasa sedih melihat anak-anak yang berkeliaran saat jam sekolah, ketika teman-teman mereka yang lain duduk belajar di dalam kelas. Saya tahu persoalan pendidikan memang ada di mana-mana, tapi selama ini saya tidak terlalu menyadarinya. Di sini saya sungguh-sungguh belajar untuk menjadi pribadi yang lebih peka dan peduli dengan masalah yang ada di sekitar saya,” kata Roro.

Dengan banyaknya cerita baik dan dampak positif dari pelaksanaan program dalam tiga angkatan, pada tahun 2024 Kemendikbudristek akan kembali menyelenggarakan Program PMM untuk angkatan keempat. Pendaftaran bagi mahasiswa telah dibuka hingga awal Desember 2023, sedangkan pelaksanaan program akan dimulai pada bulan Januari 2024 mendatang.  Pendaftaran dan informasi lain terkait PMM dapat diakses melalui laman pmm.kampusmerdeka.kemdikbud.go.id.

1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (1 votes, average: 1.00 out of 5)
Loading...
921 Views