Belajar Sambil Berdampak Lewat Kampus Mengajar

Sejak diluncurkan pada tahun 2020, program Kampus Mengajar telah menerjunkan lebih dari 112.000 mahasiswa untuk mengabdikan diri di sekolah-sekolah. Program Kampus Mengajar pun telah memberikan dampak nyata dalam membantu meningkatkan angka literasi dan numerisasi peserta didik di sekolah.

Sebagai salah satu program flagship dari Kampus Merdeka, program Kampus Mengajar memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar di luar kampus selama satu semester dengan menjadi mitra guru untuk berinovasi dalam pembelajaran, pengembangan strategi dan model pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan menyenangkan. Selain itu, melalui Kampus Mengajar mahasiswa dapat menambah pengalaman, jaringan pertemanan dan berkontribusi langsung pada pendidikan Indonesia sebagai agen perubahan.

Manfaat Kampus Mengajar dirasakan langsung oleh Amelia Putri, mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang mendapat penugasan di SDN 1 Kadomas, Pandeglang. Melalui program ini, Amel bersama rekan satu timnya mendapat banyak pengetahuan dan pengalaman baru.

“Kampus Mengajar ini meningkatkan kualitas diri saya. Melalui program ini, saya belajar untuk bisa memahami karakter anak, belajar untuk bisa mengontrol emosi, belajar membuat RPP (rencana perencanaan pembelajaran) yang baik, meningkatkan kreativitas saya khususnya dalam membuat program yang menarik dan tetap bermanfaat bagi anak-anak,” tutur Amel dalam wawancara beberapa waktu lalu.

Pada kesempatan tersebut, Amel juga membagikan pengalaman menariknya selama mengikuti kegiatan Kampus Mengajar Angkatan 5. Menurutnya, salah satu hal yang tak bisa terlupakan adalah momen saat bersama siswa SDN 1 Kadomas. Setiap hari Amel dan timnya selalu mendapat sambutan yang luar biasa. Mereka sangat antusias untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar bersama mahasiswa Kampus Mengajar. Bahkan, tak jarang Amel juga mendapat bingkisan dari siswa. Selain pengalaman menyenangkan, Amel juga mendapat pengalaman mengharukan selama mengikuti Kampus Mengajar.

“Saat itu, ada siswa di kelas tinggi yang sama sekali tidak bisa membaca. Bahkan, siswa tersebut masih kesulitan untuk membedakan abjad. Oleh karena itu, saya dan tim berusaha terus mendampinginya agar bisa membaca. Alhamdulillah saat ini siswa tersebut sudah bisa membaca sehingga juga memperlancar proses KBM (kegiatan belajar mengajar),” jelas mahasiswa asal Banten itu.

Baca Juga :  Rektor ISI Yogyakarta Terima Mahasiswa Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka

Berdasarkan pengalamannya ini, Amel sangat merekomendasikan program ini kepada seluruh mahasiswa. Menurutnya, program Kampus Mengajar bisa memberi banyak pengetahuan dan pengalaman baru yang tidak bisa didapatkan di bangku kuliah. Terlebih, melalui program ini mahasiswa juga akan tetap mendapat konversi sebanyak 20 sks.

“Untuk teman-teman yang bukan dari jurusan pendidikan jangan minder. Karena satu bulan sebelum penerjunan, kita semua akan mendapat pembekalan. Dalam pembekalan tersebut, kita akan belajar tentang psikologi anak, cara mengatasi tantrum pada anak, permasalahan sekolah, dan teknik belajar yang baru,” tutur mahasiswa UPI tersebut.

Tidak hanya bagi mahasiswa, manfaat Kampus Mengajar juga turut dirasakan sekolah sasaran. Melalui kegiatan Kampus Mengajar, pihak sekolah sepakat bahwa program ini sangat membantu dalam upaya meningkatkan literasi dan numerisasi di sekolah mereka. Hal ini diungkapkan oleh Lilis Rahmawati, Guru SDN 1 Kadomas Pandeglang, Kabupaten Banten.

“Saya sangat bersyukur saat ada program Kampus Mengajar ini. Karena semenjak program ini, mulai dari siswa, guru, sekolah merasa sangat terbantu. Mahasiswa fokus membantu dalam peningkatan literasi, numerisasi, dan membantu guru dalam hal administrasi akreditasi sekolah,” ungkap Lilis.

Mahasiswa Kampus Mengajar juga membawa obor perubahan bagi sistem pendidikan di wilayah-wilayah penempatan. Guru dan siswa mulai mengenal dan mengimplementasikan teknologi dalam kegiatan belajar mengajar. Hal itu juga dilakukan oleh mahasiswa Kampus Mengajar di SDN 1 Kadomas Pandeglang. Mereka mendampingi guru untuk mempelajari aplikasi terbaru dalam pembelajaran dan aplikasi akreditasi karena saat itu bertepatan dengan proses akreditasi sekolah.

Baca Juga :  Mahasiswa ITS Gagas Urbaneur untuk Optimalkan Pariwisata Surabaya

Melalui Kampus Mengajar, mahasiswa juga didorong untuk berpikir kreatif dan harus memiliki kemampuan pemecahan masalah yang baik. Untuk meningkatkan literasi dan numerisasi di SDN 1 Kadomas Pandeglang, mahasiswa Kampus Mengajar membuat berbagai kegiatan tersebut melalui hal-hal yang menyenangkan.

“Mahasiswa Kampus Mengajar di SD ini membantu mendampingi siswa untuk belajar membaca. Selain itu juga ada program bantuan buku sehingga ada kampanye untuk mengumpulkan buku sebagai bahan bacaan untuk kegiatan literasi di hari Sabtu,” tutur Ibu Lilis, guru kelas 5 itu.

Selain itu, menurut Ibu Lilis, mahasiswa Kampus Mengajar juga membantu dalam meningkatkan numerisasi di SDN 1 Kadomas Pandeglang. Mereka melakukannya dengan cara yang menyenangkan agar siswa tidak merasa terbebani dalam belajar. Beberapa kegiatan yang mereka lakukan antara lain membuat pohon penjumlahan di kelas bawah, ada kegiatan pengukuran tinggi badan, dan juga mendesain tiap sudut sekolah dengan elemen numerisasi seperti penjumlahan, perkalian, pengurangan, dan pembagian.

Melihat kebermanfaatan dari program ini, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi saat ini kembali membuka program Kampus Mengajar untuk angkatan 7. Dengan adanya kegiatan yang berkelanjutan ini diharapkan semakin banyak mahasiswa yang membawa obor perubahan bagi pendidikan Indonesia.

Keberlanjutan program Kampus Mengajar tentunya juga disambut baik oleh pihak sekolah. “Tentunya saya berharap program ini terus berlanjut, karna ini membantu meningkatkan rapor pendidikan. Jadi dari bantuan mahasiswa bisa berkolaborasi dan bermitra karna program ini sangat membantu sehingga kami juga berharap mendapatkan mahasiswa lagi dari program Kampus Mengajar ini,” harap Lilis.

Jadi, tunggu apalagi? Ayo Belajar Sambil Berdampak melalui Kampus Mengajar!

Penulis:
Mustika Maharani – Mahasiswa Magang MSIB Ditjen Dikti, Batch 5

1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (1 votes, average: 1.00 out of 5)
Loading...
1634 Views