close

Dirjen Dikti: Bangun Masyarakat Sadar Bencana, TDMRC USK Praktik Baik Kampus Berdampak

Menempati negara kepulauan dengan risiko bencana tinggi, perguruan tinggi di Indonesia bisa berperan strategis dalam pembentukan masyarakat sadar bencana. Perguruan tinggi perlu memperkuat riset berbasis masalah (challenge-based researach), riset multidisiplin, dan komunikasi sains kepada berbagai pemangku kepentingan.

Pesan itu disampaikan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek), Khairul Munadi, dalam acara diskusi dan silaturahmi bersama Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC), Universitas Syiah Kualah (USK) pada Sabtu (8/02/2025) di Gedung TDMRC. Diskusi ini diikuti puluhan pakar kebencanaan TDMRC dan tamu undangan.

Menurut Khairul, TDMRC dapat menjadi praktik baik tentang implementasi kampus berdampak, sebuah gagasan pendidikan tinggi transformatif yang tengah digodok oleh Kemdiktisaintek.

Dirjen Dikti yang sempat menjadi Ketua TDMRC tersebut menceritakan bahwa TDMRC lahir karena respons terhadap tsunami Aceh tahun 2004. Saat itu kampus menyadari masyarakat masih cenderung melihat bencana sebagai sesuatu yang sudah ditakdirkan. Sementara dari pendekatan sains dan teknologi, semua itu fenomena alam yang dapat dicegah.

Baca Juga :  Kemendikbudristek Melepas Lebih dari 1.600 Peserta IISMA yang Akan Belajar Satu Semester di Luar Negeri

“TDMRC ini menjadi contoh bagaimana kampus yang bertanggungjawab terhadap permasalahan sosial, khususnya menyiapkan masyarakat yang sadar risiko bencana,” terang Dirjen Dikti.

Ia melanjutkan, jika kampus tidak turut berkontribusi pada masalah kebencanaan, kerugian terbesar adalah kehilangan lebih banyak nyawa manusia.

Dirjen Dikti melanjutkan bahwa praktik baik lain dari kampus yang merespons isu kebencanaan adalah bentuk nyata penyelesaian masalah dengan pendekatan keilmuan secara multidisiplin dan interdisiplin.

“Di sini seluruh tim mendorong interaksi antarilmu. Sebetulnya hasil riset apa saja jika tidak didekati dengan pendekatan multidisiplin itu tidak akan berdampak bagi masyarakat,” ujar Khairul.

Belajar dari isu kebencanaan, Khairul menyatakan bahwa perguruan tinggi mesti mempertimbangkan dan memperbanyak riset-riset yang langsung berdampak atau challenge-based research. “Selain misalnya (riset) berbasis pada keingintahuan, kita juga mendorong riset-riset yang bisa menyelesaikan persoalan yang ada,” tutur Khairul.

Agar lebih berdampak luas, Dirjen Dikti menitipkan perguruan tinggi untuk meningkatkan komunikasi sains kepada berbagai pemangku kepentingan, terutama untuk tujuan edukasi dan mengubah pola pikir masyarakat. Apalagi berkaitan dengan bencana, ketahanan masyarakat akan terwujud dengan cara berpikir yang benar.

Baca Juga :  Dukung Kampus Merdeka dan Percepatan 8 IKU Perguruan Tinggi, Ditjen Dikti Sepakati Kerja Sama dengan University of Waterloo

“Penting untuk mengkomunikasikan hasil-hasil riset yang kita punya kepada masyarakat,” tuturnya menekankan prinsip communicating science, enhancing resilience.

Dalam sambutannya, Rektor USK, Marwan, turut mengharapkan bahwa TDMRC dapat menunjang program Mendiktisaintek yang menggaungkan kampus berdampak.

“Kita sama-sama paham, Indonesia ini bencana tidak habis-habis. Jadi kesiapsiagaan dan kewaspadaan menghadapi bencana ini semakin penting ke depan,” jelasnya.

Ia berpesan agar Dirjen Dikti dapat kembali mengaktifkan konsorsium kampus kebencanaan di Indonesia. Menurut Marwan, sebelumnya sempat eksis, terdiri dari Universitas Mataram, Universitas Tadulako, dan beberapa kampus lain. Kelompok ini perlu dihidupkan dan maksimalkan kembali.

Dirjen Dikti pun kembali belanja masalah dengan tim TDMRC juga tamu eksternal yang hadir dalam acara. Diskusi berlangsung hangat dengan mengelaborasi isu-isu terkait dampak kampus terhadap kebencanaan ataupun isu-isu pendidikan tinggi kini terkini.

Humas
Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi

#DiktisaintekSigapMelayani
#Pentingsaintek
#Kampusberdampak