Dosen IPB University Mengabdi, Bantu Revitalisasi Organisasi dan Penentuan Usaha BUMDes Cibadak Mandiri

Revitalisasi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) bukan lagi isu lokal, tapi sudah menjadi isu nasional. Dalam berbagai kesempatan, pemerintah baik melalui Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) dan pemerintah daerah (pemda) menekankan perlunya revitalisasi BUMDes.
 
Dosen IPB University dari Departemen Manajemen melalui Program Dosen Mengabdi melaksanakan pendampingan BUMDes Cibadak Mandiri, Desa Cibadak, Kecamatan Ciampea, Bogor, Jawa Barat. Upaya pemulihan ekonomi pasca pandemi menjadi pendorong untuk menggerakkan kembali usaha BUMDes yang sempat terhambat.

Dr Wita Juwita Ermawati, Ketua Departemen Manajemen IPB University menyampaikan pentingnya kerjasama sebagai bagian dari implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi. Kehadiran tim IPB University, diharapkan dapat berkontribusi membantu revitalisasi BUMDes Cibadak Mandiri.

Focus Group Discussion (FGD) dibantu oleh tim Rindang Matoati, SE, MSc, Irfan Alfian dan Nesti Handayani sebagai fasilitator. Peserta FGD antara lain pengurus BUMDes, sekretaris desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan perwakilan warga. 

Baca Juga :  Mahasiswa KKN Kolaboratif Internasional Demonstrasikan Memasak MPASI dengan Bahan Dasar Ubi di Timor Leste

Sekretaris Desa Cibadak mengungkapkan terima kasih atas kehadiran dosen IPB University. Ia  berharap hal tersebut dapat memberikan semangat dan membantu menghidupkan kembali organisasi BUMDes di desanya. 

Dalam FGD yang dilakukan, Ketua tim Dosen Mengabdi IPB University, M Syaefudin Andrianto, STP, MSi memaparkan penggunaan Root Cause Analysis (RCA) dan Fishbone Diagram sebagai bagian dari Pendekatan Participatory Rural Appraisal (PRA). Selain itu, dosen IPB University juga melakukan brainstorming evaluasi usaha sebelumnya dan potensi usaha baru.

“Secara umum terdapat enam aspek utama mengapa BUMDes Cibadak tidak berjalan. Antara lain sumber daya manusia (SDM), permodalan, kurang bertanggung jawabnya mitra usaha, organisasi/manajemen belum terstruktur, angsuran pinjaman produktif macet dan kurangnya pemahaman pasar,” ungkap M Syaefudin Andrianto.

Baca Juga :  Jejak Langkah Tepy, Mawapres Diploma ITS dengan Segudang Capaian Memukau

Ia menambahkan, beberapa alternatif solusi yang muncul, diantaranya silaturahmi/sarasehan BUMDes, pelatihan dan perlunya investor selain suntikan dana desa. Adapun penentuan alternatif usaha antara lain pengelolaan wisata Gunung Karst Cibodas, pengelolaan sarana air bersih dan Usaha Air Minum dalam Kemasan (AMDK). Potensi lainnya adalah bisnis las, wisma untuk wisata, bisnis area makanan-minuman (pujasera) dan pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM).

“Alternatif usaha perlu dikerucutkan atau diprioritaskan karena dana suntikan dari desa terbatas atau harus mencari investor. Beberapa usaha sebelumnya sudah ada person in charge (PIC) yang personal dan organisasinya dapat dievaluasi bila usaha akan dijalankan lagi. List alternatif usaha perlu ditindaklanjuti dengan perencanaan bisnis yang matang,” tandasnya.  (MSy/NH/Rz)