close

Bantu Petani Subang, Dosen IPB University Bersama Tim Iklim Raih Apresiasi dari Lembaga Asia Pasifik

Tim Iklim hasil kerjasama antara IPB University dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Subang mendapat statement of satisfactory performance dari Asia Pacific Network for Global Change Research pada bulan Maret 2021. Tim riset yang dikepalai oleh Dr Perdinan ini telah memulai programnya sejak tahun 2018.

“Sebelumnya kegiatan aksi ini juga merupakan kelanjutan dari kegiatan yang didukung oleh Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) tahun 2016 dan 2017 dalam rangka integrasi aksi adaptasi pada kebijakan daerah,” ujar Dr Perdinan.

Proyek ini terutama diarahkan untuk meningkatkan kapasitas pemangku kepentingan lokal Kabupaten Subang, yaitu Tim Iklim dan petani, dalam pemanfaatan informasi iklim untuk pengelolaan sistem tanam. Selain itu proyek ini juga melibatkan beberapa mahasiswa dari Universitas Subang dengan harapan dapat memberikan daya ungkit pada keberhasilan proyek.

Baca Juga :  Subbag RT UM Selenggarakan Bimtek Kesamaptaan

 “Pemanfaatan data iklim dilakukan melalui aplikasi Tindakan Cerdas Iklim yakni Saung Iklim untuk meningkatkan pengelolaan pertanian,” katanya.

Dosen IPB University dari Departemen Meteorologi dan Geofisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahun Alam tersebut menyebutkan bahwa istilah “Saung Iklim” pada dasarnya merupakan tempat bagi masyarakat untuk belajar tentang penggunaan informasi iklim dalam mendukung kegiatan pertanian.

Dinas Pengembangan Pertanian ditunjuk melalui Surat Keputusan (SK) Bupati untuk meningkatkan layanan pemanfaatan data dan informasi iklim dalam mendukung praktik pertanian di wilayah utama penanaman padi dengan lokasi contoh Kecamatan Binong, Blanakan, Ciasem, Compreng, Legonkulon, Pabuaran, Pamanukan, Patok Beusi, Pusakanagara, Pusakajaya, dan Tambakdahan.

“Selain menggunakan modul sebagai bahan ajar, proyek ini juga dilengkapi dengan situs web khusus yang berisi keluaran model simulasi tanaman, survei online, dan forum, untuk memfasilitasi penyampaian informasi,” jelas Dr Perdinan.

Baca Juga :  Cegah Pencemaran, Profesor ITS Kembangkan Surfaktan Ramah Lingkungan

Di dalam proyek tersebut tanaman Aquacrop dan The Decision Support System for Agrotechnology Transfer (DSSAT) diperkenalkan melalui pelatihan dan lokakarya. Aquacrop dengan Model FAO Crop digunakan untuk melatih Tim Iklim dalam memahami kebutuhan air tanaman. Sedangkan pelatihan DSSAT bertujuan untuk mempelajari bagaimana model tanaman yang dapat digunakan untuk manajemen dan praktik pertanian.

Proyek ini juga diharapkan dapat memberikan alat alternatif untuk merancang strategi adaptasi iklim yang tepat untuk para petani dengan mempertimbangkan interaksi tanaman, iklim, dan lingkungan yang akan menentukan potensi hasil panen.

“Lahan percobaan dibuat dalam bentuk demplot, melibatkan petani dalam mengamati fenologi tanaman serta mengadvokasi petani terkait manfaat memiliki catatan fenologi tanaman untuk memahami respon tanaman terhadap lingkungan iklim yang berbeda,” tambahnya.