Gardian Muhammad, Mahasiswa Vokasi UNDIP Sukses Dirikan Gerakan Mengajar Desa

SEMARANG- Di usia yang masih muda, Gardian Muhammad Abdullah (21), saat ini telah menjadi Chief Executive Officer (CEO) Gerakan Mengajar Desa (GMD). Didirikan pada bulan September 2018 di Cianjur Jawa Barat, gerakan yang konsen dalam dunia pendidikan saat ini sudah tersebar di 24 Provinsi di Indonesia.

Capaian Gardian dalam mendirikan GMD ini tidak lepas dari pendidikannya yang saat ini masih menjadi mahasiswa di Univesitas Diponegoro (UNDIP). Pemuda kelahiran Cianjur, 15 Agustus 2000 ini sangat tertarik di bidang pemberdayaan pemuda dan masyarakat melalui pendidikan yang berkualitas.

Mahasiswa Sekolah Vokasi Undip Program Studi (Prodi) Informasi dan Hubungan Masyarakat itu mengaku, ketertarikan di bidang pemberdayaan pemuda dan pendidikan tidak lepas dari peran ayahnya yang itu menjadi seorang pengajar. Sejak kecil, anak bungsu dari pasangan Hasanudin dan Imas Wati tersebut sering diajak oleh ayahnya untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.

“Hal ini menjadi inspirasi awal dan latar belakang kenapa saya sangat tertarik di bidang pemberdayaan pemuda dan pendidikan. Saya melihat langsung bagaimana permasalahan pendidikan khususnya di desa tempat dia tinggal,” kata Gardian yang juga Ketua Umum Yayasan Generasi Sahabat Pendidikan.

Mahasiswa yang punya hobi di bidang videografi dan juga komunikasi menceritakan, awal mendirikan komunitas pengajar ini dirinya dibantu dua sahabatnya yaitu Rudi Reynal dan Arda Novrizal untuk memutuskan mendirikan komunitas pendidikan. Meskipun usia ketiganya saat itu masih duduk di bangku SMA.

Baca Juga :  Bantu Desa Wisata, Tim Dosen ITS Kembangkan Virtual Tour

Hari pertama pendaftaran waktu itu, ternyata di luar ekspetasi. Pendaftar melonjak hingga 100 Pendaftar. Ia mewajibkan setiap pendaftar untuk mengunggah twibbon sebagai bukti keikutsertaan mengikuti proses pendaftaran. Dari situ jujur dirinya sangat senang dan sebenarnya tidak percaya bahwa sangat besar sekali antusias dari teman-teman di Cianjur saat itu

Keesokan harinya, kembali dia mendapatkan 100 pendaftar baru. Begitu antusiasnya teman-teman di Cianjur sampai hari ke-7 total kami mendapatkan sekitar 700 orang pendaftar dari 32 Kecamatan yang ada di Cianjur.

“Kami bersyukur saat ini Gerakan Mengajar Desa telah tumbuh menjadi salah satu gerakan pendidikan terbesar di Indonesia dengan lebih dari 3000 relawan dari 24 Provinsi se-Indonesia,” ujar mahsiswa yang juga sering diundang menjadi pembicara di seminar nasional.

Adapun relawan yang tergabung berasal dari berbagai latar belakang pendidikan, budaya, agama dan lain sebagainya. Tujuan mereka hanya satu yaitu mengabdi untuk Indonesia.

“Saat kita terlahir di Indonesia itu berarti kita wajib juga untuk mengabdi pada Indonesia. kita saat ini sebagai mahasiswa memiliki andil yang sangat besar dan previlege yang sangat khusus sehingga bisa dikatakan bahwa apabila kita hanya duduk dan diam saja, Indonesia pun akan diam. Tapi apabila anak muda berani mengambil peran, langkah dan tanggung jawab, maka Indonesia emas di 2030 akan kita capai. Maka, mari sama-sama kita bergerak untuk Indonesia yang lebih baik,” ujar Gardian.

Baca Juga :  Ciptakan Alternatif Material Baterai, Mahasiswa ITS Juarai Riset Sawit

Atas dasar ini, sejak usianya masih muda Gardian yang memiliki motto hidup Don’t let you getting older without inspiring many people! ini senang berkecimpung di dunia sosial mulai dari Forum Anak dan organisasi sosial lainnya. Di Forum Anak, Gardian pernah menjadi Ketua Forum Anak Kabupaten Cianjur, Pengurus di Forum Anak Jawa Barat dan Forum Anak Nasional, serta menjadi Duta Anak Jawa Barat 2016. Mimpinya untuk Indonesia adalah semua anak Indonesia memiliki hak dan akses pendidikan yang merata.

Gardian pernah menjadi delegasi Indonesia untuk United Ambassadors Model United Nations (MUN) Conference di Markas Besar PBB, New York, Amerika Serikat. Selain itu, dia juga pernah menjadi Duta LAPOR Kemenpan-RB, sebuah aplikasi layanan lapor untuk masyarakat. Juga, dia pernah terplih menjadi Ajudan Gubernur Jawa Barat, Bapak Ridwan Kamil melalui program Jabar Future Leaders. Dari ribuan orang pendaftar, hanya dipilih 30 pemuda terbaik untuk mengikuti latihan kepemimpinan bersama Gubernur Jawa Barat

Selama menjadi Ajudan, Gardian banyak belajar mengenai menjadi seorang pemimpin. Gardian melihat bagaimana seorang pemimpin mengambil keputusan disaat yang masa darurat, bagaimana cara mengatur komunikasi antara keluarga dan masyarakat, juga belajar mengenai membuat sebuah program yang dapat bermanfaat bagi banyak orang. “Hal ini juga yang menginspirasi saya untuk mengembangkan Gerakan Mengajar Desa,” tegas Gardian.