close

Juru Bicara Menteri Kominfo Ajar Kelas Kampus Merdeka di Hubungan Internasional UGM

Pada tanggal 06 Maret hingga 24 April 2021 telah dilaksanakan kelas co-curriculum, Diplomasi Digital, kolaborasi antara Departemen Ilmu Hubungan Internasional (DIHI) UGM dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemenkominfo). Kelas ini diampu oleh Dr. Dedy Permadi sebagai dosen DIHI sekaligus Staf Khusus Menteri Kominfo bidang Digital dan SDM, serta menghadirkan asisten-asisten seniornya di Kementerian Kominfo yang memiliki latar belakang pendidikan berbeda-beda sebagai pemateri kelas ini.
Disadur dari publikasi laman Hubungan Internasional UGM, kelas digelae sebanyak tujuh kali pertemuan di setiap hari Sabtu pukul 13.00, kelas ini dihadiri oleh 30 orang mahasiswa/i baik jenjang S1 maupun S2. Pada pertemuan pertama, kelas dibuka oleh Dr. Dedy Permadi yang memaparkan mengenai Diplomasi Digital, Diplomasi Siber, dan E-Diplomacy. Pada pertemuan selanjutnya, Richard Mahuze M.Eng menyampaikan materi terkait Teknologi Digital Kontemporer dan Kerja Sama Internasional. Sementara itu, pada pertemuan ketiga Natasha Virzana M.Sc menjelaskan mengenai Ekonomi Digital dan Rezim Internasional. 
Materi mengenai Media Sosial dan Gerakan Sosial Global juga dipaparkan oleh Agung Nugraha M.Sc pada pertemuan berikutnya. Lebih lanjut, Airin Rachma M.A membawakan materi Tantangan Keamanan Siber Lintas Negara, sementara pada pertemuan keenam, Bhredipta Socarana LL.M menyampaikan kelas interaktif dengan materi Arus Data Lintas Negara dan Tata Kelola Internasional. Kelas ini ditutup oleh Dr. Dedy Permadi dengan refleksi-refleksi terkait apa yang harus dilakukan mahasiswa HI terhadap isu-isu tersebut.
Antusiasme Peserta dan Pengajar
Para peserta merasa bahwa topik yang didiskusikan dalam kelas ini sangat kontemporer dan merupakan isu yang penting untuk dibahas, terutama dalam keadaan teknologi digital yang terus berkembang. Mereka juga merasa puas dengan materi yang disampaikan oleh pembicara yang ahli pada bidangnya masing-masing. Salah satu peserta juga mengatakan bahwa kelas-kelas semacam ini sangat perlu untuk diadakan kembali. Ia merasa bahwa berdiskusi dengan praktisi yang ahli di bidangnya dapat memberikan perspektif baru. 
Sebagaimana yang diungkapkan oleh salah satu peserta kelas, Andreas Novianto, “Kelas ini menurut saya sangat menarik. Kelas ini paling kontemporer dan isu-isunya sangat generasi Z sehingga relatable bagi mahasiswa. Kelas ini juga membuka horizon baru bagi saya untuk mengerti keperluan digitalisasi di ranah diplomatik”. 
Felice Valeria, salah satu peserta kelas pula mengungkapkan “Kelas ini menarik dan inovatif. Masih jarang kelas yang membahas mengenai topik ini. Topik-topiknya sangat relevan di masa sekarang. Aku dapat banyak inspirasi dari materi-materi yang dibawakan.” pungkasnya. 
Dipertegas dengan penutupan kelas dengan materi ‘Anak HI Harus Ngapain?’ kelas ini menjembatani mahasiswa/i HI UGM yang memiliki ketertarikan di bidang digital untuk dapat mengaplikasikannya dalam ilmu HI yang mereka peroleh selama duduk di bangku kuliah.
Diskusi dalam kelas semakin menarik dengan hadirnya Deputy Chief of Mission Kedutaan Besar Republik Indonesia di Moskow, Bapak Azis Nurwahyudi yang rajin mengikuti ketujuh sesi kelas. 
Beliau, sebagai “peserta” kelas, sering memberikan gambaran bagaimana aspek-aspek digital kerap diaplikasikan dalam berbagai urusan diplomatik Indonesia. “Secara tidak sadar, saya sudah sering melakukan berbagai bentuk diplomasi digital, dan dari kelas ini saya bisa mendapat ilmu-ilmu baru yang nanti bisa saya aplikasikan langsung,” kata Pak Azis.
Sama halnya dengan peserta kelas, pemateri juga dapat merasakan antusiasme melalui diskusi dua arah yang kerap terjadi sepanjang kelas berlangsung. ”Semangat yang terbangun di kelas sangat dinamis, proaktif, dan bersahabat sehingga objektif dalam berbagi pengetahuan menjadi lebih mudah dicapai. Peserta juga menunjukkan antusiasme yang baik disertai dengan analisis spontan yang tajam,” ujar Natasha Virzana sebagai salah satu pemateri kelas.
 Aspek lain juga menjadi perhatian pemateri yaitu tingginya atensi kalangan akademisi terhadap isu digital, menurut Airin Rachma. Agung Nugraha juga menambahkan bahwa kelas ini menarik karena memadukan diskusi dari perspektif teori dan praktik diplomasi digital.  Sedangkan Richard Mahuze memandang kelas ini sebagai sebuah ruang pembelajaran dan diskusi yang aktual, kontemporer, dan berani melalui pendalaman isu-isu penting diplomasi digital. At last, but not least, “Benar kata mereka, good is never good enough di HI UGM,” kata Bhredipta Socarana.

Baca Juga :  Ditjen Dikti Peduli, Bantu Perguruan Tinggi dan Korban Bencana Alam di NTT