close

Kurikulum Pagi Membangun Kebun Bergizi

Sudah sekitar enam bulan para siswa SD, SMP, SMA dan bahkan sekarang mahasiswa Perguruan Tinggi mengikuti pelajaran langsung melalui sistem daring dengan Zoom atau jaringan media on line lainnya. Sejak pagi-pagi para siswa dan mahasiswa sudah berada di meja Komputer membuka lap top atau komputer mereka mengikuti absen dan tata tertib kuliah atau pelajaran yang diberikan oleh guru atau dosennya. Ada kalanya para siswa tidak lagi sempat makan pagi karena terlambat bangun pagi sehingga orang tua yang peduli langsung mengirim sarapan paginya ke meja komputer dan di sela-sela memperhatikan petunjuk guru atau mendengarkan kuliah dosen, anak-anak muda itu sarapan untuk tetap sehat sepanjang hari memperhatikan pelajaran atau kuliah dosennya.

Alangkah baiknya kalau mata pelajaran atau mata kuliah pagi hari, kurikulum itu di ubah sehingga anak-anak muda diberi pelajaran pada hari-hari tertentu untuk mengolah tanah di sekeliling rumahnya, atau di sekeliling tempat kosnya, agar secara diubah menjadi tanah siap tanam. Tanah siap tanam itu diolah lebih lanjut dengan pupuk Organik, menjadi tanah olah tanam untuk tanaman Organik. Oleh karena itu, mata pelajaran pagi itu, utamanya adalah mata kuliah mengumpul sampah dedaunan untuk kemudian diolah menjadi pupuk Organik, dengan dicampur kotoran hewan, seperti sapi, kambing, atau ayam.

Baca Juga :  Melalui Kampus Merdeka, Dirjen Dikti Tekankan Kampus Ciptakan Lulusan Adaptif dan Kreatif

Tanah yang digarap pada acara “pelajaran” atau “kuliah” pagi itu digembur dengan pupuk Organik menjadi tanah siap tanam. Apalagi bulan ini sudah bulan September, di mana di beberapa tempat sudah mulai dengan hujan. Dalam waktu singkat akan banyak daerah yang diguyur hujan sehingga kesempatan mengolah tanah untuk dipersiapkan menjadi tanah siap tanam akan makin banyak di bumi tercinta.

Dengan tanah yang di garap sebagai kewajiban melaksanakan mata pelajaran atau mata kuliah pagi tersebut, anak-anak muda kita berolah raga dan berjemur di matahari pagi, sehingga akan berdampak lebih sehat dan segar. Setelah satu dua jam berjemur sambil mengubah sampah menjadi pupuk Organik, sehingga tanah di sekitar halaman rumah atau tempat kos akan siap di tanami dengan tanaman sayur atau menjadi Kebun Bergizi. Alangkah indahnya karena hari berikutnya, anak-anak itu tidak lagi mencangkul, tetapi dengan penuh kasih sayang memelihara tanaman dengan menyiram dan atau membersihkan rumput liar saja.

Baca Juga :  UKM Kesda Undiksha di PKB XLIII, Pentaskan Karya Berbasis Kearifan Lokal Buleleng

Dalam waktu singkat, sebagian sayut akan siap panen dalam waktu 14 hari, sehingga mulai saat itu, kedua orang tua tidak lagi perlu pergi ke pasar untuk belanja sayur. Himbauan pemerintah untuk tinggal di rumah tidak terganggu dan makin bisa dipatuhi. Virus Corona akan kecele karena di pasar penduduk makin bisa memelihara jarak.

Secara tidak langsung, melalui Belajar dari Rumah atau Kuliah dari Rumah, anak-anak muda melalui kegiatan Kebun Bergizi mengepung Virus Corona menjadi tidak berkutik dan terpaksa enyah dari Bumi Indonesia. (Haryono Suyono)