Peran Teknologi Biomedik Dalam Riset dan Inovasi Bidang Kesehatan

Dekan Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI), Dr. Ir. Hendri Dwi Saptioratri Budiono, M.Eng. tampil sebagai salah seorang pemateri pada Webinar Majelis Wali Amanat (MWA) UI dengan tajuk “Ketahanan dan Kemandirian Kesehatan Indonesia” pada Kamis (25/3). Ia menyampaikan paparan yang berjudul “Peran Teknologi Biomedik Dalam Riset dan Inovasi Bidang Kesehatan.”

Dr. Hendri menjelaskan ada dua kendala utama pada industri alat kesehatan di Indonesia. Pertama adalah lemahnya ekosistem produksi alat kesehatan (alkes) nasional. Dari kendala ini, mitigasi yang sudah dilakukan oleh FTUI adalah melakukan sinergi triple helix antara universitas, pemerintah, dan industri yang dapat menambah fasilitas pengujian; memperbanyak dokumen Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk pengujian alkes; dan memperkuat industri bahan baku untuk pendukung.

Kendala yang kedua adalah lemahnya kepercayaan user (praktisi/pengguna dokter/paramedis). Dari kendala ini, mitigasi yang sudah dilakukan adalah melibatkan asosiasi user semenjak pengembangan, seperti dari Asosiasi Dokter Bedah Plastik untuk pengembangan plate/screw dan Ikatan Dokter Paru-paru Indonesia untuk pengembangan High Flow Nasal Cannula (HFNC), serta upaya memperkenalkan calon produk dengan pengguna dalam workshop.

Dr. Hendri berharap dalam bisnis proses riset inovasi, keterlibatan peran industri sudah ada pada tahap ide atau dalam pembuatan proposal penelitian inovasi. Hal ini dikarenakan agar lebih mudah koordinasi serta proses hilirisasi produk nantinya. Ia juga membuka kesempatan kepada perusahaan swasta untuk ikut berkolaborasi menciptakan inovasi. Pada bisnis proses, Dr. Hendri juga berharap saat ini tidak hanya melibatkan sinergi kerja sama dari tiga aktor, namun juga ada dukungan media dan masyarakat, atau yang disebut Kolaborasi Pentahelix.

Baca Juga :  Rektor Lepas 487 Mahasiswa Peserta KKN

Lebih lanjut Dr. Hendri mengungkapkan bahwa UI menaungi Pusat Riset Rekayasa Biomedis atau yang lebih dikenal sebagai Research Center for Biomedical Engineering (RCBE) FT UI. Pusat riset ini mulai beraktivitas pada tahun 2016 yang mengusung riset bertemakan rekayasa biomedis (biomedical engineering). Indikator kesuksesan suatu pusat IPTEK, menurut RCBE adalah berupa pencapaian kegiatan riset unggulan; diseminasi hasil riset berupa publikasi/Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI); diseminasi hasil riset berupa prototipe; dan produk unggulan komersil.

Selama setahun pandemi Covid-19, UI telah menghasilkan 18 produk inovasi riset dan inovasi UI terkait pengendalian Covid-19 diantaranya adalah Covent-20 (Ventilator Transport), swab stick, propolis Indonesia, bilik disinfektan, moveable hand washer, High Flow Nasal Cannula (HFNC), bilik swab, alat disinfeksi udara Puvicon, dan lainnya. Mahasiswa FTUI dibawah bimbingan dosen pernah merancang Kapal Ambulans Autonomous dan Kapal Rumah Sakit sebagai kapal medis transportasi jalur laut untuk penanganan pasien di daerah 3T (Terdepan, Terpencil dan Tertinggal). Rancangan kapal medis tersebut berhasil meraih Juara 1 dan 2 pada ajang Lomba Desain Inovasi Kapal Kesehatan sebagai rangkaian dari Kompetisi Kapal Cepat Tak Berawak Nasional (KKCTBN) 2020 yang diadakan oleh Pusat Prestasi Nasional, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Republik Indonesia pada November 2020.

Baca Juga :  Perguruan Tinggi Indonesia-Singapura Jajaki Potensi Kolaborasi dalam Program RUN

Di akhir paparannya, Dr. Hendri optimis memberi semangat kepada semua pihak bahwa Indonesia bisa dan mampu mandiri menciptakan inovasi yang dibutuhkan bidang kesehatan. Menurutnya perlu diperjelas regulasi bagi inventor, kaitannya dengan mendorong berdirinya Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT) dan aturan yang jelas untuk menginkubasi PPBT ini.