close

Prof Arif Satria Beberkan Berbagai Inovasi IPB University yang Cocok Bagi Kedai Reka

Kedai Reka merupakan suatu jembatan yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (kini Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi) untuk mempertemukan inovasi yang dihasilkan oleh perguruan tinggi dengan industri. Rektor IPB University, Prof Arif Satria hadir sebagai salah satu narasumber dalam kegiatan yang digelar oleh Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi, yakni Diskusi dan Ngabuburit Bareng Kedai Reka dengan tema utama “Membangun Kedaulatan Pangan Melalui Ekosistem Reka Cipta,” (01/05).

Prof Arif Satria membeberkan beberapa inovasi IPB University yang cocok untuk masuk Kedai Reka. Dikatakannya, IPB University menyumbangkan sekitar 43,1 persen inovasi paling prospektif secara nasional menurut versi Business Innovation Center (BIC).
“Inovasi IPB University yang paling potensial berpusat pada bidang smart farming dan manajemen lingkungan 4.0, produktivitas, substitusi impor dan diversifikasi pangan, inovasi sosial, dan biomaterial,” ujarnya.

Sejumlah inovasi di bidang smart farming dan manajemen lingkungan 4.0 yang gencar didorong, misalnya platform ecosistem, sebuah sistem pintar pendeteksi devegetasi lahan secara presisi. Selain itu ada Fire Risk System untuk menyediakan informasi tingkat kerentanan dan perkiraan risiko kebakaran lahan dan hutan selama enam bulan ke depan. Sistem tersebut juga telah diujicobakan pada bulan Juni 2020 di sejumlah desa di Kalimantan Tengah.

Baca Juga :  ITS Kerjasamakan Teknologi Big Data, Perbesar Peluang Sivitas di Dunia Kerja

Menurutnya harus ada antisipasi dan langkah cepat, sehingga inovasi tersebut dapat segera diterapkan sebagai kebijakan oleh Kementerian Kehutanan.
Bagi petani milenial, IPB University meluncurkan aplikasi android yakni SMARTSeeds sebagai layanan informasi pemupukan dan irigasi untuk berbagai komoditas sayuran. Aplikasi ini juga bisa memetakan komoditas sesuai komposisi unsur hara di wilayah bersangkutan.

Untuk perkebunan sawit pun terdapat inovasi Precipalm. Ada tantangan untuk menentukan pemupukan di perkebunan sawit. Sehingga dengan inovasi tersebut, petani hanya membutuhkan waktu lima menit, dengan satelit, untuk mengatasi hal tersebut dengan alat pemupukannya yakni inovasi Fastrex yang terhubung presisi dengan Precipalm.

 “Untuk inovasi produktivitas, IPB University memiliki 60 varietas unggul IPB University mulai dari padi yang  minggu lalu Pak Jokowi telah berkunjung ke Malang untuk melihat perkembangan praktik varietas padi IPB 3S. Pak Jokowi terlihat puas sekali sehingga mudah-mudahan minggu depan akan berkunjung kembali ke IPB University untuk mendiskusikan strategi pengembangan varietas IPB 3S agar semakin diterapkan di lapangan. Kita sudah berhasil membuktikan hasilnya sekitar 3-4 ton di atas rata-rata produktivitas padi nacional, baik (varietas padi) untuk lahan kering, lahan masam dan pasang surut juga ada,” jelasnya.

Baca Juga :  MF Kedaireka ITS x PT Pelindo TPK Raih Enam Penghargaan di Taiwan

IPB University juga terkenal akan varietas Pepaya Calina yang dikenal sebagai Pepaya California di pasaran. Bahkan swasembada kedelai dapat diwujudkan dengan inovasi teknologi budidaya kedelai di lahan pasang surut. Selain itu swasembada bawang putih juga dapat terwujud dengan teknologi finebubble yang telah diterapkan di Tegal.
Inovasi sosial yang telah dikembangkan IPB University yakni Data Desa Presisi yang telah dilakukan pendatanganan kerjasama dengan Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Sosial untuk diterapkan di desa-desa selama dua tahun. IPB University juga mengembangkan program sociopreneurship yakni One Village One CEO.

“Kami, Gubernur dan Astra mengembangkan program ini sehingga CEO-CEO yang mana merupakan alumni-alumni IPB University dan mahasiswa tingkat akhir dapat mengkonsolidasi Bumdes-Bumdes di desa-desa dan melakukan pendalaman teknologi 4.0 serta membuka akses,” tuturnya.

Dari berbagai inovasi IPB University tersebut, sebagian sudah diindustrikan dan sebagian besar lainnya sudah mendekati pasar. Bila diterapkan dengan Kedai Reka ia berharap hal ini dapat memberikan kontribusi besar untuk ketahanan pangan. (MW/Zul)