close

Profesor Dian Ratna Sawitri Dekan Fakultas Psikologi Undip Menangkan Griffith Health’s 2023 Outstanding International Alumnus Award

Pada Jumat, 8 September 2023, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro, Profesor Dian Ratna Sawitri menerima Outstanding Alumni Award 2023 for the Health Group dari Griffith University. Acara yang digelar tahunan tersebut pada tahun ini diselenggarakan di Intercontinental Sanctuary Cove Resort, Queensland, Australia.

Vice Chancellor and President, Professor Carolyn Evans menyatakan bahwa16 alumni berprestasi telah mendapatkan posisi teratas dalam grup Arts, Education and Law (AEL), Griffith Business School (GBS), Griffith Health, dan Griffith Sciences, untuk kategori

Outstanding First Peoples Alumnus, Outstanding International Alumnus, Outstanding Alumnus, dan Outstanding Young Alumnus.

Pemenang Griffith University Alumni Award 2023 terdiri dari pembuat film, teater, dan musik ternama; pendidik dan wirausaha, psikolog, aktivis konservasi, pejuang kesehatan, pelaku bisnis dan pengambil kebijakan, yang kontribusi signifikannya terhadap masyarakat mencerminkan nilai-nilai utama Griffith University, yaitu excellence, ethics, and engagement.

Professor Analise O’Donnovan, yang merupakan Pro Vice Chancellor (Health) menyerahkan award secara langsung kepada Professor Dian Ratna Sawitri mengemukakan bahwa alumni Griffith University diharapkan dapat mengaplikasikan semua yang telah mereka pelajari untuk menciptakan perubahan yang berarti di bidang usaha mereka dan di komunitas mereka. Ketika mahasiswa lulus dari Griffith University, mereka terjun ke dunia nyata bukan hanya untuk mencapai kesuksesan bagi diri mereka sendiri,tetapi untuk menjadikan apa yang mereka lakukan benar-benar berarti.

Terkait dengan hal ini, Profesor Dian Ratna Sawitri yang juga meruapkan adjunct professor di Griffith University untuk kurun waktu 2022 – 2025, memberikan penjelasan bahwa ketertarikannya terhadap psikologi bermula dari kebingungan yang ia hadapi semasa SMA. “Saya sulit menentukan karier karena kurangnya informasi dan panutan. Saya dapat memperoleh nilai baik dalam mata pelajaran Fisika dan Matematika, tetapi saya tidak menyukai bidang-bidang tersebut. Di satu sisi, orang tua saya mengharapkan dan senang bahwa saya bisa mendapatkan nilai bagus, namun di sisi yang lain saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan karena saya kesulitan untuk mengenal diri sendiri,” jelasnya.

Baca Juga :  ITS Kembangkan Alat Deteksi Dini Covid-19 Melalui Batuk

Banyak permasalahan di Indonesia yang disebabkan oleh perbedaan antara ekspektasi orang tua dan kinerja remaja. Melalui studinya, Profesor Sawitri menemukan banyak remaja di Indonesia yang menghadapi perjuangan serupa seperti yang pernah ia alami. “Hal ini membuat saya memilih psikologi pendidikan sebagai cara untuk mengatasi masalah pengambilan keputusan yang penting tersebut. Saya sangat tertarik dengan cara generasi muda menentukan pilihan kariernya, dan melihat pengaruh budaya terhadap cara mereka mengambil keputusan dalam bidang akademik dan karir,” ungkapnya.

Selama studi S3 di Griffith University, penelitian Profesor Sawitri berfokus pada pengaruh orang tua terhadap aspirasi karier terhadap perkembangan akademik dan karir remaja Indonesia dalam konteks budaya kolektivis. Ia menciptakan Skala Konruensi Karier Remaja-Orang Tua, yang membantu mengukur seberapa jauh dukugan orang tua yang dirasakan remaja dan apakah hal tersebut selaras dengan aspirasi, nilai, dan minat karier anak mereka, serta apakah hal yang dilakukan remaja tersebut dapat pula membuat orang tuanya bangga. Kemudian ia melakukan beragam penelitian baik cross-sectional maupun longitudinal, untuk membuktikan hipotesis bahwa kongruensi karir antara remaja dan orang tuanya merupakan kunci utama keberhasilan remaja Indonesia dalam bidang akademik dan karir.

Baca Juga :  Pimpinan Radio Republik Indonesia (RRI) Yogyakarta Audiensi ke Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta untuk Perkuat Kerjasama

“Tujuan penelitian saya adalah membantu remaja, terutama yang berasal dari konteks budaya kolektivistik, seperti Indonesia, untuk belajar membuat pilihan karier yang sejalan dengan ekspektasi dan dukungan orang tua, serta mengoptimalkan peran orang tua untuk membantu anak mengambil keputusan karier dengan tepat,” ujarnya.

Selain itu, ia juga telah melakukan layanan masyarakat untuk mendukung orang tua sehingga mereka dapat menyadari dampak dari ekspektasi karir mereka terhadap anak-anak mereka dan mengembangkan pemahaman yang realistis mengenai kapasitas terkait karir anak-anak mereka, serta menentukan jenis dan tingkat dukungan yang berpeluang mereka berikan kepada anak-anak mereka. Ia menghabiskan waktunya untuk menggunakan keahliannya dalam membantu orang lain melakukan advokasi untuk diri mereka sendiri dan juga mendesain beberapa program bagi mahasiswa untuk mengoptimalkan perkembangan karir mereka dan transisi ke dunia kerja. Ia juga mengembangkan beberapa program bagi akademisi untuk membangun jalur dan reputasi karir mereka. Profesor Sawitri senantiasa bersemangat membuat program capacity development secara berkelanjutan bagi mahasiswa dan dosen, remaja dan orang tua, serta alumni.

Kedepan, Profesor Sawitri ingin memberikan perhatian lebih besar terhadap temuannya dan mendorong penelitian lebih lanjut dalam bidang pengembangan karier. “Saya berharap dapat bekerja sama dengan para ahli dari seluruh dunia dan alumni Griffith University untuk membentuk konsorsium penelitian di bidang karir pada tahun 2024,” katanya.

Dengan adanya tantangan ekonomi sekaligus kesahatan mental yang dihadapi oleh seluruh penduduk dunia, khususnya di Indonesia saat ini dan yang akan datang, Professor Sawitri mengatakan, “penting bagi generasi muda untuk membangun identitas karir mereka. Jika mereka terus melakukan dan mengembangkan apa yang mereka mampu lakukan dan sukai, dan hal ini dapat sinergis dengan ekspektasi dan dukungan keluarga dan lingkungan terdekat, mereka akan menjadi ahli di bidangnya dan bahagia dalam menjalani hidupnya. Indonesia sedang dan akan membutuhkan sosok tersebut. Oleh karena itu, kajian penelitian berkelanjutan dan kolaborasi sinergis antara akademisi, dunia usaha, masyarakat, dan pemerintah perlu terus dikembangkan”.