Pusat Studi Biofarmaka Tropika IPB University Gelar Diskusi Bioprospeksi Sumberdaya Biofarmaka Indonesia untuk Kesehatan

Pusat Studi Biofarmaka Tropika (TropBRC) Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB University menyelenggarakan webinar seri ke-13 bertema “Bioprospeksi Sumberdaya Biofarmaka Indonesia untuk Kesehatan” (06/12). Berbagai narasumber webinar tersebut menghadirkan topik materi yang berbeda.

Peneliti Pusat Studi Biofarmaka Tropika, Dr Berry Juliandi mengungkapkan bahwa karakteristik sel punca adalah mampu memperbaharui diri dan dapat berdiferensiasi menjadi jenis sel lain. Metode epigenetik pada sel punca terbagi yaitu metilasi DNA, modifikasi Histon dan non-coding RNA.

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IPB University tersebut telah melakukan penelitian sel punca saraf dan memori otak sejak tahun 2008.

“Tumbuhan valeriana officianlis merupakan alternatif pengobatan anti-epilepsi. Tumbuhan tersebut mengandung bahan aktif valproic acid. Tumbuhan berfungsi sebagai histone deactylase (HDAC) inhibitor. HDAC inhibitor mengatur kondisi asetilasi protein pada modifikasi histon,” terang Dosen Departemen Biologi IPB University tersebut.

Baca Juga :  Evaluasi Program, Kampus Mengajar Berdampak Positif bagi Mahasiswa, Guru, dan Peserta Didik

Peneliti Pusat Studi Biofarmaka Tropika LPPM lainnya, Dr Okti Nadia Poetri meneliti produksi antibodi dengan metode konvensional yaitu menggunakan hewan. Menurutnya, antibodi merupakan protein dalam darah yang berfungsi melindungi tubuh. Antibodi diperoleh dengan cara menyuntikkan antigen ke hewan. Penelitian terkait pemanfaatan antibodi kuning telur pada ruminansia ternyata belum dilakukan di Indonesia.

“Antibodi diambil dari kuning telur ayam karena metodenya mudah dan animal welfare. Antibodi kuning telur bisa digunakan untuk diagnosis penyakit, pengobatan anti-tetanus dan anti-rabies,” pungkas Dosen Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner IPB University ini.

Menurut peneliti lain dari Departemen yang sama yaitu Prof Bambang Pontjo Prosoeryanto mengatakan Indonesia merupakan negara dengan keberagaman flora dan fauna yang besar. Ada 10.000 dari 50.000 jenis tanaman merupakan tanaman obat. Tiga dari empat ekstrak tanaman Indonesia mempunyai ketahanan antivirus terhadap toksisitas dan virus Bovine Respiratory Syncytial Virus (BSRV) sapi.

Baca Juga :  Pendaftaran Calon Peserta Pelatihan Penulisan Deskripsi Permohonan Paten Tahun 2024

“Tanaman menghambat masuknya virus, penyebaran virus dan pelepasan virus. Kombinasi interferon dan ekstrak Typhonium flagelliform ethanol menunjukkan efek sinergis sebagai bahan antitumor,” ujar Kepala Divisi Patologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB University tersebut. (Ghinaa/Zul)