Unila Bersama KemenKop UKM Kembangkan Wirausaha di Lampung

(Unila): Universitas Lampung (Unila) menjalankan program kerja sama dengan Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKop UKM) untuk mendukung peningkatan rasio kewirausahaan nasional, Rabu, 8 September 2021.

Kerja sama tersebut dilakukan dengan mengembangkan wirausaha di Provinsi Lampung melalui program sentra inovasi dan inkubasi bisnis.

Prof. Dr. Karomani, M.Si., selaku Rektor Universitas Lampung menegaskan, dengan kerja sama inovasi dan inkubasi bisnis bersama Kemenkop UKM, pihaknya dapat memberi manfaat lebih luas sebagai pengabdian kepada masyarakat Lampung.

Ia juga mengatakan, teknologi berbasis aplikasi dan ekonomi kreatif yang dikembangkan Unila dapat memberikan manfaat kepada UMKM di Lampung, seperti memberikan informasi dan jaringan pasar, kemudahan akses pendanaan dan pendampingan, serta peningkatan kapasitas teknologi informasi sebagai daya dukung peningkatan daya saing UMKM di Indonesia.

“Kami mendampingi 40 tenant dengan berbagai produk yang ada di Provinsi Lampung, seperti kopi yang merupakan komoditas utama Provinsi Lampung, keripik pisang sebagai olahan utama dan pempek sebagai olahan ikan. Terima kasih banyak atas kerja sama dan dukungan yang diberikan Kemenkop UKM pada Unila, semoga kerja sama ini dapat berlangsung dan berkelanjutan,” ujarnya.

KemenKopUKM memberikan bantuan sebesar Rp549,8 juta untuk menginkubasi 40 tenant UMKM di Unila dan juga bantuan wirausaha pemula masyarakat Provinsi Lampung sebesar Rp135 juta dengan jumlah penerima 23 orang di beberapa Kabupaten Lampung. Secara total, bantuan yang diberikan KemenKopUKM mencapai Rp684,8 juta.

Baca Juga :  Rektor UI dan Dirjen Bimas Islam Kemenag Buka Festival Seni Ramadhan 1442 H/2021 M

Di kesempatan yang sama, Teten Masduki selaku Menteri Koperasi dan UKM mengatakan, saat ini pencatatan rasio kewirausahaan Indonesia masih terpaut jauh dari negara lain, yakni baru mencapai angka 3,47% dari total populasi di Indonesia.

Sedangkan negara lainnya, seperti Singapura yang sudah mencatatkan rasio kewirausahaan sebesar 8,9%, Malaysia 4%, Thailand 4%, dan negara maju sudah mencapai 12%.

“Target kita, ingin menambah jumlah wirausaha dan untuk menjadi negara maju (rasio kewirausahaan) itu 4%. Saya kira, Indonesia oleh semua lembaga dunia diprediksi pada tahun 2045 punya potensi jadi negara maju. Karena itu kita harus bekerja keras menghadirkan wirausaha baru sampai 4%,” ungkapnya dalam acara Penyerahan Bantuan Fasilitasi Pengembangan Inkubator di Universitas Lampung.

Menurutnya, pemerintah saat ini telah mengubah pendekatan pendampingan UMKM dan koperasi dari pendekatan birokrasi menjadi pendekatan profesional atau bisnis. Oleh karena itu, inkubator bisnis baik itu swasta atau kampus menjadi bagian penting sebagai upaya untuk membina dan mengembangkan UMKM.

Baca Juga :  ITS Mitigasi Risiko Bencana untuk Tingkatkan Ketangguhan Kota Surabaya

“Kami ingin UMKM kita bisa menyaingi UMKM luar negeri. Karena itu, kita membidik wirausaha muda yang berlatar belakang pendidikan baik seperti di kampus untuk kita lahirkan, bina dan besarkan untuk menjadi wirausaha. Jadi saya kira peran inkubator bisnis di kampus jadi sangat penting. Karena itu kami senang sekali bisa kerja sama dengan Unila,” ujar Teten.

Lebih lanjut, Teten menjelaskan terkait  pengembangan usaha yang berkelanjutan di Provinsi Lampung, ia mendorong para pelaku UMKM untuk mengembangkan komoditas unggulan di Lampung. Dengan begitu, Provinsi Lampung akan memiliki ciri khas tersendiri yang menjadi faktor pembeda dibandingkan dengan daerah lainnya.

Teten juga menegaskan pihaknya akan mendorong UMKM Indonesia melalui program besar dengan menjadi bagian rantai pasok industri nasional seperti UMKM di Jepang, Korea Selatan dan Tiongkok, dimana UMKM di negara-negara tersebut menjadi bagian dari sistem produksi industri.

“Jadi bukan lagi UMKM sendiri dan industri sendiri. Kalau begini, akhirnya UMKM harus kompetisi dengan usaha besar dan pasti kalah. Kalau kita integrasikan UMKM dengan industri besar dengan ekosistem kemitraan saya rasa akan berjalan beriringan. Jadi industrinya besar, UMKM-nya juga pasti akan ikut ditarik menjadi besar,” katanya.

Menurut Teten, hingga saat ini UMKM Indonesia yang sudah terhubung ke rantai pasok industri baru 4,1%, dimana angka itu terbilang sangat kecil dan harus segera diperbesar. “Karena itu, saya kira Unila bisa menjadi inkubator bisnis yang menyiapkan UMKM masa depan yang berbasis pada produk kreativitas dan inovasi teknologi,” ujarnya. []

1 Star2 Stars3 Stars4 Stars5 Stars (No Ratings Yet)
Loading...
2139 Views