BELAJAR MEMAHAMI KARAKTER PETANI MINYAK KAYU PUTIH DALAM HILIRISASI RISET DI PULAU BURU

Awal tahun 2021 pelaksanaan hibah riset keilmuan dimulai, saya dan beberapa rekan-rekan yang tergabung dalam tim riset mulai melakukan persiapan untuk melaksanakan riset seperti yang telah disetujui oleh penyelenggara yakni Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Adapun riset yang dilaksanakan dengan kewajiban pokok melibatkan minimal 5 mahasiswa dalam kegiatan yang dimaksudkan tersebut.

Tema riset yang kami laksanakan berjudul strategi adaptasi petani minyak kayu putih menghadapi pandemi covid-19 di Pulau Buru dengan harapan bahwa diakhir riset kami dapat menunjukan gambaran spesifik tentang apa yang dilakukan oleh petani minyak kayu putih selama pandemic covid-19. Begitu pula terhadap mahasiswa peserta yang ikut terlibat dalam riset ini, saya dan rekan-rekan peneliti berharap untuk terjadi transformasi pengetahuan tentang bagaimana petani khususnya yang mengerjakan produksi minyak kayu putih untuk tetap bertahan selain teknik melaksanakan penelitian lapangan dengan berbagai proses diantaranya wawancara serta membuat laporan hasil penelitian.

Baca Juga :  Cegah Luapan Air Hujan, ITS Gagas Pembuatan Sumur Resapan

Pada tahapan pengumpulan data, terlihat mahasiswa sangat antusias untuk melakukan proses wawancara yang tentunya mereka sudah dibekali dengan berbagai dasar pengetahuan dan praktek sehingga dalam pelaksanaan tidak lagi menemui hambatan yang begitu berarti. Disaat berlangsungnya proses wawancara, saya melihat beberapa mahasiswa turut ikut serta bersama petani hingga memasuki rumah dimana petani tersebut tinggal, bahkan ada diantara mereka yang ikut bermalam hingga keesokan harinya. Proses pengumpulan yang kami rencanakan 1-2 hari per lokasi, terpaksa harus mundur hingga mencapai 3-4 hari, salah satu penyebabnya karena waktu yang diperlukan untuk mereka (mahasiswa) melakukan wawancara cukup panjang.

Mengakhiri proses pengumpulan data pada suatu lokasi, tim peneliti selalu melakukan evaluasi untuk memeriksa kelengkapan data yang sudah dikumpulkan, saya mencoba untuk mempertanyakan kepada mahasiswa tentang keterlambatan jadwal akibat kebutuhan waktu pengumpulan data yang berubah dari target yang telah ditetapkan, jawaban yang saya dapatkan sungguh diluar perkiraan saya bahwa apa yang mereka lakukan adalah tahapan “mendalami” untuk mendapatkan data yang lebih akurat tentang strategi adaptasi yang petani lakukan.

Baca Juga :  Memeluk Kearifan Lokal, PMM3 ISI Padangpanjang Membuka Jendela Kebudayaan Nusantara di Kepulauan Mentawai

Kami merasa perlu untuk berdampingan dengan mereka agar supaya kami bisa melihat sendiri apa yang mereka lakukan, pedoman wawancara sepertinya belum cukup untuk memahami apa yang mereka lakukan, apabila kami mengikuti mereka sangat dimungkinkan data yang didapatkan lebih mendalam.

Saya dan tim tentunya merasa bangga dengan tindakan yang dilakukan oleh mahasiswa dalam rangka pendalaman informan, bahwa mereka (mahasiswa) memiliki keinginan serta kreatifitas yang sangat luar biasa untuk belajar dalam proses riset ini, akan tetapi saya dan tim berusaha memberikan pemahaman kepada mereka bahwa rangkaian dari pengumpulan data tidak terlepas dari metode yang telah disiapkan sebelumnya sehingga diperlukan konsistensi antara pelaksanaan dengan perencanaan.

Saya beserta tim peneliti tentu merasa bangga dengan kemauan serta usaha mereka untuk terus belajar, berdampingan dengan petani menjadi kunci jawaban bagi mereka untuk bisa memahami karakter serta strategi adaptasi yang dilakukan oleh petani minyak kayu putih.

Mendengar cerita dari petani tentang kesulitan dimasa pandemi covid-19

Berdiskusi sebelum melaksanakan tugas wawancara