Pusat Unggulan dan Ilmu Keberlanjutan Unpad, Pelopor Kajian Ekologi Pembangunan Selama Lima Dasawarsa

Pembangunan infrastruktur seyogianya harus tetap menyelaraskan kelestarian lingkungan. Karena itu, pendekatan ekologi mutlak dilakukan saat melakukan pembangunan. Prinsip ini sudah digaungkan Universitas Padjadjaran sejak hampir lima dasawarsa ke belakang.

Sejak 1972, Unpad sudah mendirikan Lembaga Ekologi yang dicetuskan oleh Guru Besar FMIPA Prof. Otto Soemarwoto. Lembaga ini menjadi pelopor pusat kajian yang mengkhususkan diri di bidang ekologi terapan atau ekologi pembangunan.

Lembaga Ekologi Unpad sudah banyak mengalami transformasi hingga saat ini. Salah satu transformasinya adalah berubahnya nama lembaga. Saat ini, Lembaga Ekologi Unpad berganti nama menjadi Pusat Unggulan Lingkungan dan Ilmu Keberlanjutan (PULIK) atau Centre for Environment and Sustainability Science (CESS).

Sejak 2020, PULIK Unpad berhasil ditetapkan sebagai Pusat Unggulan Iptek Perguruan Tinggi (PUI PT) oleh Ditjen Dikti. Lembaga ini menjadi satu-satunya PUI PT yang bergerak di bidang lingkungan.

Ketua PULIK Unpad Prof. Parikesit, M.Sc., PhD, menjelaskan, dalam sejarahnya, PULIK Unpad terus berfokus pada kajian konservasi terutama di sektor keanekaragaman hayati. Gagasan Prof. Otto Soemarwoto mengenai perlunya menggunakan pendekatan ekologi dalam pembangunan nyatanya mengilhami otoritas untuk menyusun kebijakan mengenai analisis dampak lingkungan.

“Kebijakan amdal itu pertama kali digagas oleh Unpad, jauh sebelum Kementerian Lingkungan Hidup mengeluarkannya,” kata Prof. Parikesit.

Guru Besar FMIPA Unpad tersebut menjelaskan, pada perkembangannya, kajian mengenai ekologi terus meluas. Pendekatannya tidak hanya menggunakan rumpun ilmu sains saja. Akan tetapi, PULIK Unpad berupaya memadukan pendekatan sains dengan sosiohumaniora.

Saat ini, integrasi keilmuan multidisiplin dan interdisiplin tersebut terus merambah menjadi transdisiplin. Melalui pendekatan transdisiplin, PULIK Unpad melakukan kajian dengan memadukan aspek sains dengan pengetahuan lokal yang berbasis di masyarakat.

Baca Juga :  Dirjen Dikti: Perguruan Tinggi menjadi Mata Air bagi Pembangunan Bangsa

Dalam tiga tahun terakhir, PULIK Unpad konsisten memadukan pengetahuan berbasis ilmiah dengan pengalaman di masyarakat. Ini bertujuan agar penelitian yang dilakukan menghasilkan hilirisasi yang sesuai dengan kondisi masyarakat.

Pola Ilmiah Pokok

Ekologi seakan menjadi napas bagi perjalanan Unpad. Pemikiran Prof. Otto Soemarwoto mengenai ekologi menjadi cikal bakal dalam pola kebijakan Unpad.

Bersama Prof. Mochtar Kusumaatmadja dan Prof. Didi Atmadilaga, gagasan Prof. Otto Soemarwoto kemudian tertuang menjadi Pola Ilmiah Pokok Unpad “Bina Mulia Hukum dan Lingkungan Hidup dalam Pembangunan Nasional”.

Tidak hanya itu, lembaga ekologi paling tua secara nasional ini juga pernah secara rutin menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan mengenai analisis dampak lingkungan. Laboratorium ekologi yang dimiliki PULIK Unpad sudah menjadi rujukan nasional bagi pengujian kualitas air hingga kualitas udara.

Rekognisi Luas

Prof. Parikesit menjabarkan, sejak berdiri 49 tahun silam, PULIK Unpad sudah banyak melakukan kajian pada sejumlah proyek strategis nasional, antara lain kajian ekologi pada pembangunan bendungan Cirata, Saguling, Kedungombo, Sawahlunto, hingga proyek pembangunan Upper Cisokan di wilayah Kabupaten Bandung Barat dan kajian lingkungan terkait rencana pembangunan panel surya terapung pertama di Asia Tenggara.

Untuk proyek pembangunan Upper Cisokan, PULIK Unpad mendapat rekomendasi langsung dari World Bank selaku pemberi dana untuk melakukan kajian mengenai perlindungan satwa liar dan terancam punah di wilayah yang akan dibangun.

“Kita satu-satunya perguruan tinggi yang disarankan World Bank untuk melakukan kajian karena track record kita bagus,” kata Prof. Parikesit.

Kajian yang dilakukan lebih berfokus pada bagaimana pengaruh positif maupun negatif dari proses pembangunan infrastruktur terhadap keanekaragaman hayati. Melalui kajian tersebut, tim memberikan rekomendasi berupa rencana pengelolaan.

Baca Juga :  Permintaan data kebutuhan Dosen

“Misalnya di daerah ini jenis satwanya apa sehingga nanti pengelolaannya bagaimana. Jika masih ada satwa langka dan terancam punah, maka di sana tidak boleh melakukan pekerjaan tertentu,” ujarnya.

Selain itu, tim juga menganalisis dampak sosial dari pembangunan tersebut, apakah kondisi sosial ekonomi masyarakat di wilayah pembangunan infrastruktur itu menjadi lebih baik atau tidak sama sekali.

Hasilkan SDM Unggul

Prof. Parikesit mengungkapkan, PULIK Unpad menjadi lembaga ekologi perguruan tinggi pertama yang mendirikan program pascasarjana. Ada tiga program pascasarjana yang didirikan, yaitu Magister Ilmu Lingkungan, Magister Ilmu Keberlanjutan, dan Doktor Ilmu Lingkungan.

“Riset yang dilakukan harus bisa disalurkan melalui hilirisasi pengabdian dan penguatan kapasitas SDM. Karena itu, PULIK Unpad menjadi lembaga ekologi pertama yang mendirikan program pascasarjana. Tidak didirikan oleh fakultas tetapi oleh lembaga riset,” tuturnya.

Melalui tiga program ini, PULIK Unpad juga menjalin kerja sama dengan mitra perguruan tinggi luar negeri. Salah satu kerja sama yang rutin dilakukan adalah program Double Degree dengan Mie University, Jepang.

Sementara untuk prodi Ilmu Keberlanjutan, Prof. Parikesit menjelaskan, prodi ini menjadi yang pertama dibuka di Indonesia. Animo masyarakat untuk memilih prodi ini pun semakin meningkat, mengingat isu keberlanjutan saat ini menjadi hal yang penting dilakukan dalam pembangunan.

Diharapkan, pembukaan program pascasarjana ini mampu berkontribusi dalam menyiapkan SDM unggul di bidang ekologi.

“Isu lingkungan saat ini semakin menarik. Ke depan tidak hanya bicara sains, tetapi juga bicara kesehatan, pangan, dan energinya. Sayangnya, belum banyak SDM mumpuni di bidang ini,” kata Prof. Parikesit.*