close

ITS Kembali Bawa Pulang Gelar Juara Umum KJI 2021

Tim Departemen Teknik Sipil ITS usai menerima piala penghargaan pada penutupan ajang KJI & KBGI 2021 di Politeknik Negeri Pontianak, Kalimantan Barat
Tim Departemen Teknik Sipil ITS usai menerima piala penghargaan pada penutupan ajang KJI & KBGI 2021 di Politeknik Negeri Pontianak, Kalimantan Barat

Kampus ITS, ITS News – Kabar gembira kembali datang dari sivitas akademika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Kali ini, tim Departemen Teknik Sipil ITS berhasil menyabet dua piala serta Juara Umum dalam ajang Kompetisi Jembatan Indonesia (KJI) ke-16 dan dua piala pada Kompetisi Bangunan Gedung Indonesia (KBGI) ke-12 yang dituanrumahi oleh Politeknik Negeri Pontianak, Kalimantan Barat, Minggu (7/11) malam.

Kepala Departemen Teknik Sipil ITS Umboro Lasminto, S.T., M.Sc. menyebutkan, terdapat tiga lomba yang diikuti oleh tim Departemen Teknik Sipil ITS dalam ajang paling bergengsi untuk mahasiswa Teknik Sipil seluruh Indonesia ini. Pada KJI, ITS mengikuti lomba Rangka Baja. Sedang dalam KBGI, ITS mengikuti lomba Kayu dan Canai Dingin. “Dua dari tiga lomba tersebut berhasil dijuarai oleh tim ITS, semua tim sudah berusaha semaksimal mungkin,” ujarnya.

Umboro melanjutkan, peraih juara yang pertama ada di lomba KJI Jembatan Model Rangka Baja ialah Tim Haga dengan anggota Ricardo Fransiskus Karo-Karo dan Ganjar Ageng Wicaksono Siswono yang berhasil meraih Juara 1 serta memenangkan kategori Rangka Baja Terkokoh. Perolehan juara ini pula yang mengantarkan tim ITS menjadi Juara Umum di KJI. “Pada KJI, tim ITS yang punya juara paling banyak, sehingga mendapatkan predikat Juara Umum,” imbuhnya bangga.

Tim KJI Jembatan Model Rangka Baja ITS bersama dengan jajaran dosen pembimbing setelah menerima penghargaan pada acara penutupan KJI - KBGI 2021
Tim KJI Jembatan Model Rangka Baja ITS bersama dengan jajaran dosen pembimbing setelah menerima penghargaan pada acara penutupan KJI – KBGI 2021

Anggota tim Haga, Ricardo menyebutkan, pada KJI ada tiga kategori penilaian yaitu Jembatan Terindah, Rangka Baja Terkokoh, serta Jembatan dengan Kesesuaian antara Implementasi dengan Rancangan Awal Terbaik. Kekokohan jembatan menjadi poin penting dengan bobot nilai yang besar dari yang lain. “Di sini kami diharuskan untuk membuat model sendiri. Untuk KJI, kami melakukan fabrikasi dulu di ITS untuk kemudian dibawa ke Pontianak dan dirakit di sana (Pontianak, red),” jelasnya.

Baca Juga :  Kerja sama MBKM Prodi S-1 Tata Kelola Seni ISI Yogyakarta dan Prodi S-1 Ilmu Sejarah UGM

Model jembatan yang dirakit di tempat diberikan beban 60 kilogram di tengah bentangnya. Kemudian, dilakukan pengukuran lendutan pada jembatan menggunakan dua dial gauge atau transducer. Lendutan pada jembatan buatan tim Haga memiliki nilai lendutan paling kecil di antara tujuh perguruan tinggi lainnya. “Lendutannya di bawah 0,5 milimeter, jadi kami memenangkan kategori Jembatan Terkokoh, mendapat juara 1 dan karena punya juara paling banyak di KJI juga mendapat gelar Juara Umum di sini,” ungkap mahasiswa angkatan 2019 ini.

Sementara itu, untuk KBGI Model Bangunan Gedung Bertingkat Baja Canai Dingin, ITS diwakilkan oleh Tim Fukuro yang beranggotakan Andy Adhyaksa dan Farhan Natanagara. Tim ini tak hanya mendapat Juara 1, namun juga memenangkan kategori Kinerja Seismik. Pada lomba ini, terdapat lima kategori yang dinilai yaitu Kreativitas dalam Rancang Bangun, Kesesuaian Implementasi terhadap Desain, Kinerja Seismik, Metode Pelaksanaan Konstruksi, serta Bangunan Masa Depan yang Ramah Lingkungan, Berkelanjutan, dan Tahan Gempa.

Baca Juga :  DERU UGM Gencarkan Kampanye Pencegahan Covid-19
(dari kiri) Andy Adhyaksa dan Farhan Natanagara menerima penghargaan Juara 1 dan Kinerja Seismik pada KBGI kategori Baja Canai Dingin
(dari kiri) Andy Adhyaksa dan Farhan Natanagara menerima penghargaan Juara 1 dan Kinerja Seismik pada KBGI kategori Baja Canai Dingin

Andy menjelaskan, ITS mendapatkan nilai tertinggi pada kategori Kinerja Seismik yang juga memiliki bobot paling besar yaitu 25 persen. Pada penilaian kategori ini, model bangunan diuji dengan digetarkan pada meja penggetar dengan frekuensi 1,5 Hz, 2,5 Hz, 3,5 Hz, 4,5 Hz, dan 5,5 Hz dengan amplitudo 10 milimeter serta masing-masing frekuensi satu menit.

Desain model apik dari tim Fukuro tersebut berhasil mendapatkan simpangan residual paling besar tanpa terjadi keruntuhan. “Karena di kategori ini mendapatkan nilai tertinggi, akhirnya perolehan nilainya pun tinggi sehingga bisa dapat juara 1,” tuturnya.

Tentunya kemenangan ini tidak datang tanpa perjuangan, mulai dari seleksi proposal hingga bisa maju ke tahap final melawan perguruan tinggi lainnya. Beberapa tantangan hadir seperti waktu perakitan model yang terbilang singkat. Untuk KJI, tim ITS berada di urutan kelima dan di KBGI di urutan pertama dalam menyelesaikan perakitan. Meskipun begitu, tim ITS tetap optimistis dan terus bekerja keras hingga memenangkan berbagai piala.

Ricardo mengharapkan, tahun-tahun ke depan tim ITS bisa semakin kompeten dan terus meningkatkan semangat juangnya di berbagai kompetisi. “Ke depannya semoga bisa menggapai apa yang tidak bisa digapai sekarang dan bisa terus membanggakan almamater,” tandasnya menyemangati. (HUMAS ITS)